AKNB

Senin, 14 Desember 2009

silikon

Silikon (polysiloxan) adalah polimer inorganik yang terdiri dari komponen penyusun silikon-oksigen (…-Si-O-Si-O-Si-O-…). Beberapa “side group” organik dapat digunakan untuk menghubungkan dua atau lebih tulang belakang -Si-O- ini. Dengan memvariasikan panjang rantai -Si-O-, “side group”, dan penghubung silang, silikone dapat disintesis menjadi beberapa jenis material, seperti, cairan, gel, dan karet (Anonim2, 2007).

Jenis paling umum adalah polydimethylsiloxane linear atau PDMS. Grup terbesar kedua dari material silikone berdasar pada resin silikone yang terbentuk oleh oligosiloxanes yang bercabang dan berbentuk-kandang (Anonim2, 2007).

Silikone tak berbau, tak berwarna, tahan air, tahan kimia, tahan oksidasi, stabil pada suhu tinggi, dan bukan konduktor listrik. Dia memiliki banyak kegunaan, seperti pelumas, lem, penyegel, gasket sampai implantasi buah dada (kontroversi besar muncul pada 1990-an yang mengkhawatirkan silikon dalam implantasi buah dada dapat menyebabkan beberapa penyakit) (Anonim2, 2007).

Elastomer silikon merupakan polimer sintesis yang masih relatif baru penggunaannya sebagai material isolasi polimer pada isolator listrik tegangan tinggi/ekstra tinggi pasangan luar (outdoor). Terdapat beberapa keuntungan yang dimiliki material isolasi polimer diantaranya ringan, memiliki sifat dielektrik, resistivitas volume, sifat termal, kekuatan mekanik yang lebih baik dan tahan gempa serta mudah penanganannya dibandingkan material konvensional (porselen/keramik dan gelas). Salah satu sifat yang menjadikan elastomer silikon sangat populer dan lebih unggul sebagai material isolasi dibanding porselen dan gelas maupun jenis polimer lainnya adalah sifat menolak air atau hidrofobik (hydrophobic). Selain itu material ini juga mampu mempengaruhi lapisan polusi yang menempel di permukaannya ikut bersifat hidrofobik. Fenomena ini disebut transfer hidrofobik. Sifat hidrofobik dan kemampuannya mentransfer sifat tersebut ke lapisan polusi sangat bermanfaat bagi isolator listrik pasangan luar karena dalam kondisi lembab, basah/hujan tidak akan memberi peluang terbentuknya lapisan air yang kontinu sehingga konduktivitas permukaan isolator tetap rendah. Dengan demikian arus bocor (leakage current) yang terjadi sangat kecil (Kibbie, 2000).

Struktur kimia elastomer silikon terdiri dari tulang punggung ikatan dari bahan anorganik (silikon dan.oksigen) yang tahan terhadap penuaan, namun ikatan samping yang terdiri darn bahan organik (karbon dan hidrogen) dapat mengalami degradasi oleh terpaan dari berbagai faktor iklim seperti temperatur tinggi, kelembaban/hujan serta radiasi ultraviolet dengan intensitas tinggi sebagaimana yang dijumpai di daerah beriklim tropis seperti di Indonesia. Terpaan iklim tropis secara simultan pada isolasi elastomer silikon kemungkinan akan mengakibatkan degradasi sifatsifatnya, yang ditandai dengan perubahan warna, perubahan sifat dielektrik dan menghilangnya sifat hidrofobik, serta munculnya arus bocor yang terus meningkat sehingga pada akhirnya terjadi keretakan (tracking) dan erosi yang akan memperpendek umur isolator. Kajian ke arah perbaikan yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja isolator terhadap kondisi tertentu terus dilakukan oleh berbagai peneliti dengan mencari metode vulkanisasi, jenis dan level ambang dosis bahan pengisi (filler). Adanya komposisi bahan pengisi berdosis tinggi pada elastomer silikon dapat meningkatkan kekuatan mekanis dan kestabilan sifat termalnya, akan tetapi dapat pula mengurangi sifat dielektriknya, melemahkan proses pemulihan dan kekuatan transfer sifat hidrofobik serta lebih sulit proses pencetakannya. Oleh karena itu yang menjadi sasaran khusus dan target utama rangkaian penelitian ini adalah mempelajari metode vulkanisasi dan mendapatkan komposisi dosis bahan pengisi yang memberikan kinerja optimal bagi elastomer silikon sebagai bahan isolator tegangan tinggi pasangan luar di daerah beriklim tropis (Anonim2, 2007).

Telah diketahui bahwa pada botol terdapat kandungan berupa silikon dioksida (SiO2), Al2O3, Fe2O3, Cr2O3, CaO, MgO, BaO, Na2O, 1(20, PbO, dan B2O3. Silikon dioksida (SiO2) merupakan komponen utama botol yang berkisar 70%. Dengan menggunakan proses daur ulang yang efisien, limbah botol ini akan diekstraksi menghasilkan SiO2. Proses daur ulang limbah gelas ini menggunakan metode alkalifusion. Metode alkalifusion dipilih karena temperatur pembakaran yang dibutuhkan relatif rendah yaitu minimal 550°C daripada metode carbonitefusion yang memerlukan temperatur 900°C. Proses daur ulang ini menggunakan golongan alkali yaitu NaOH. NaOH berfungsi untuk membongkar ikatan kimia yang ada di gelas dengan cara memanaskan pecahan gelas dan NaOH secara bersama-sama pada suhu 550-600°C selama 2 jam, sehingga senyawa SiO2 dapat dipisahkan dengan senyawa lain seperti Fe, Al, Mg, dan lain-lain melalui mekanisme reaksi kimia.Dari hasil percobaan dan analisis menggunakan metode gravimetry maka didapatkan kandungan SiO2 terbesar 96.2 % dari ekstraksi limbah gelas berwarna hijau. Peningkatan temperatur pembakaran menyebabkan kemurnian SiO2 akan semakin baik. Sedangkan wama gelas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kemurnian silika. Ekstraksi silika dari limbah gelas dilakukan mengingat silika merupakan senyawa yang sangat penting dan banyak digunakan dalam industri gelas dan keramik, serta dalam industri elektronika yang digunakan sebagai bahan pembuatan circuit boards, semi konduktor, dan piezoelektrik (Anonim2, 2007).

*Sumber:

Anonim1, 2007. http://www.wikipedia.com/wikipedia, the free encyclopedia/Polyurethanes.htm/

Anonim2, 2007. http://www.wikipedia.com/wikipedia, the free encyclopedia/Silikone.htm/

Kibbie, A. H., Ph.D., 2000. Handbook of Pharmaceutical Excipients. Third Edition. Pharmaceutical Press London, UK, Washington, D. C.

Nazarudin, H. H., 2007. http://www.situswebkimiaindonesia.com/Poliuretan, Polimer Serba Bisa.htm

http://www.theuniversityofsouthernmississippi.com/Polyurethanes.htm/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar