AKNB

Senin, 14 Desember 2009

infeksi candida

Candida albicans secara alami sebenarnya terdapat pada membrane mukosa dalam tubuh kita, paling banyak terdapat dalam saluran pencernaan. Selain itu, Candida juga ditemukan dalam vagina yang sehat, mulut, dan rektum. Jika pertumbuhannya terlalu pesat, Candida dapat menginfeksi vagina, sehingga terjadi peradangan, yang disebut candidiasis.

Candidiasis bisa menyerang wanita di segala usia, terutama usia pubertas. Keparahannya berbeda antara satu wanita dengan wanita lain dan dari waktu ke waktu meski pada wanita yang sama. Gejalanya, bibir vagina dan kulit di sekitarnya membengkak, menjadi kemerahan, nyeri, dan gatal. Vagina terasa panas setiap kali buang air kecil.

Candidiasis adalah penyakit jamur, yang bersifat akut atau subakut disebabkan oleh spesies Candida, biasanya oleh spesies Candida albicans dan dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronki, atau paru, kadang-kadang dapat menyebabkan septikemia, endokarditis, atau meningitis.

Nama lain dari Candidiasis adalah kandidosis, dermatocandidiasis, bronchomycosis, mycotic vulvovaginitis, muguet, dan moniliasis. Istilah candidiasis banyak digunakan di Amerika, sedangkan di Kanada, dan negara-negara di Eropa seperti Itali, Perancis, dan Inggris menggunakan istilah kandidosis, konsisten dengan akhiran –osis seperti pada histoplasmosis dan lain – lain.

Gejala khas candidiasis yang paling dikenal oleh umum adalah keluarnya cairan vagina berwarna putih menyerupai keju cottage. Mungkin karena inilah candidiasis popular dengan sebutan ‘keputihan’. Cairan putih keju tersebut berbau tidak sedap, tetapi tidak busuk. Ketika Candida tumbuh semakin pesat, sel-selnya mengalami metamorfosis. Sebagai khamir alias ragi yang semula selnya berbentuk bulat, berubah menjadi kapang yang berfilamen, memiliki sulur-sulur akar. Akar ini akan berkembang semakin panjang dan menembus sel mukosa usus. Setelah mencapai sistem sirkulasi, Candida akan melepaskan zat racun. Bersama protein yang tidak tercerna, zat racun ini akan merasuki seluruh jaringan tubuh dan mengakibatkan kemerosotan sistem kekebalan tubuh. Akibatnya, muncul reaksi alergi, kelelahan, dan masalah kesehatan lainnya. Istilah lain gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh ‘jamur’ Candida ini adalah sindroma Candida kronis (Candida-Related Complex, CRC).

EPIDEMIOLOGI

Penyakit ini terdapat di seluruh dunia, dapat menyerang semua umur terutama bayi dan orang tua, baik laki – laki maupun perempuan. Jamur penyebabnya terdapat pada orang sehat sebagai saprofit. Gambaran klinisnya bermacam – macam sehingga tidak diketahui data – data penyebarannya dengan tepat.

ETIOLOGI

Yang tersering sebagai penyebab ialah Candida albicans yang dapat diisolasi dari kulit, mulut, selaput mukosa vagina, dan feses orang normal. Sebagai penyebab endokarditis kandidosis ialah Candida parapsilosis dan penyebab kandidosis septikemia adalah Candida tropicalis.

Genus Candida merupakan sel ragi uniseluler yang termasuk ke dalam Fungi imperfecti atau Deuteromycota, kelas Blastomycetes yang memperbanyak diri dengan cara bertunas, famili Cryptococcaceae. Genus ini terdiri lebih dari 80 spesies, yang paling patogen adalah C. albicans diikuti berturutan dengan C. stellatoidea, C. tropicalis, C. parapsilosis, C. kefyr, C. guillermondii dan C. krusei.

PATOGENESIS

Infeksi kandida dapat terjadi, apabila ada faktor predisposisi baik endogen maupun eksogen. Faktor endogen meliputi perubahan fisiologik, umur,dan imunologik.

Perubahan fisiologik seperti kehamilan (karena perubahan pH dalam vagina); kegemukan (karena banyak keringat); debilitas; latrogenik; endokrinopati (gangguan gula darah kulit); penyakit kronik seperti: tuberkulosis, lupus eritematosus dengan keadaan umum yang buruk.

Umur contohnya: orang tua dan bayi lebih mudah terkena infeksi karena status imunologiknya tidak sempurna. Imunologik contohnya penyakit genetik.

Faktor eksogen meliputi: iklim, panas, dan kelembaban menyebabkan respirasi meningkat, kebersihan kulit, kebiasaan berendam kaki dalam air yang terlalu lama menimbulkan maserasi dan memudahkan masuknya jamur, dan kontak dengan penderita misalnya pada thrush, dan balanopostitis.

GEJALA

Gejalanya bervariasi, tergantung kepada bagian tubuh yang terkena., dapat dibagi menjadi: infeksi pada lipatan kulit (infeksi intertriginosa), infeksi vagina (vulvovaginitis), infeksi penis, thrush, perléche, dan paronikia.

Infeksi pada lipatan kulit (infeksi intertriginosa) biasanya menyebabkan ruam kemerahan, yang seringkali disertai adanya bercak-bercak yang mengeluarkan sejumlah kecil cairan berwarna keputihan. Biasanya timbul bisul-bisul kecil, terutama di tepian ruam dan ruam ini menimbulkan gatal atau rasa panas. Ruam Candida di sekitar anus tampak kasar, berwarna merah atau putih dan terasa gatal.

Infeksi vagina (vulvovaginitis) sering ditemukan pada wanita hamil, penderita diabetes atau pemakai antibiotik.Gejalanya berupa keluarnya cairan putih atau kuning dari vagina disertai rasa panas, gatal dan kemerahan di sepanjang dinding dan daerah luar vagina.

Infeksi penis sering terjadi pada penderita diabetes atau pria yang mitra seksualnya menderita infeksi vagina. Biasanya infeksi menyebabkan ruam merah bersisik (kadang menimbulkan nyeri) pada bagian bawah penis.

Thrush merupakan infeksi jamur di dalam mulut. Bercak berwarna putih menempel pada lidah dan pinggiran mulut, sering menimbulkan nyeri. Bercak ini bisa dilepas dengan mudah oleh jari tangan atau sendok. Thrush pada dewasa bisa merupakan pertanda adanya gangguan kekebalan, kemungkinan akibat diabetes atau AIDS. Pemakaian antibiotik yang membunuh bakteri saingan jamur akan meningkatkan kemungkinan terjadinya thrush.

Perléche merupakan suatu infeksi Candida di sudut mulut yang menyebabkan retakan dan sayatan kecil. Bisa berasal dari gigi palsu yang letaknya bergeser dan menyebabkan kelembaban di sudut mulut sehingga tumbuh jamur.

Paronikia adalah candida tumbuh pada bantalan kuku, menyebabkan pembengkakan dan pembentukan nanah. Kuku yang terinfeksi menjadi putih atau kuning dan terlepas dari jari tangan atau jari kaki.

PEMBANTU DIAGNOSIS

Dapat dibagi menjadi pemeriksaan langsung dan pemeriksaan biakan. Pemeriksaan langsung: kerokan kulit atau usapan mukokutan diperiksa dengan larutan KOH 10% atau dengan pewarnaan gram, terlihat sel ragi, blastospora, atau hifa semu.

Pemeriksaan biakan: bahan yang akan diperiksa ditanam dalam agar dektrosa glukosa Sabouraud, dapat pula agar ini dibubuhi antibiotik (kloramfenikol) untuk mencegah pertumbuhan bakteri. Perbenihan disimpan dalam suhu kamar atau lemari suhu 37ºC, koloni tumbuh setelah 24-48 jam, berupa yeast like colony. Identifikasi Candida albicans dilakukan dengan membiakkan tumbuhan tersebut pada corn meal agar.

DIAGNOSIS BANDING

Dapat dibagi berdasarkan tempatnya yaitu kandidiasis kutis lokalisata, kandidiasis kuku, dan kandidiasis vulvovaginitis.

Kandidiasis kutis lokalisata dengan: 1). eritrasma: lesi di lipatan, lesi lebih merah, batas tegas, kering tidak ada satelit, pemeriksaan dengan sinar Wood positif, 2). dermatitis intertriginosa, 3). dermatofitosis (tinea); Kandidiasis kuku dengan tinea unguium; Kandidiasis vulvovaginitis dengan: 1). trikomonas vaginalis, 2). gonore akut, 3). Leukoplakia, 4). liken planus

PENGOBATAN

Dengan cara menghindari atau menghilangkan faktor predisposisi, topikal, dan sistemik. Topikal meliputi:

1). larutan ungu gentian ½-1% untuk selaput lendir, 1-2% untuk kulit, dioleskan sehari 2 kali selama 3 hari

2). nistatin: berupa krim, salap, emulsi

3). amfoterisin B

4). grup azol antara lain: Mikonazol 2% berupa krim atau bedak, Klotrimazol 1% berupa bedak, larutan dan krim, Tiokonazol, bufonazol, isokonazol, Siklopiroksolamin 1% larutan, krim, Antimikotik yang lain yang berspektrum luas.

Sistemik meliputi: 1). Tablet nistatin untuk menghilangkan infeksi fokal dalam saluran cerna, obat ini tidak diserap oleh usus, 2). Amfoterisin B diberikan intravena untuk kandidiasis sistemik, 3). Untuk kandidiasis vaginalis dapat diberikan kotrimazol 500 mg per vaginam dosis tunggal, sistemik dapat diberikan ketokonazol 2 x 200 mg selama 5 hari atau dengan itrakonazol 2 x 200 mg dosis tunggal atau dengan flukonazol 150 mg dosis tunggal, 4). Itrakonazol: bila dipakai untuk kandidiasis vulvovaginalis dosis untuk orang dewasa 2 x 100 mg sehari, selama 3 hari.1

Beberapa terapi non-obat tampaknya membantu. Terapi tersebut belum diteliti dengan hati-hati untuk membuktikan hasilnya, seperti: 1). mengurangi penggunaan gula, 2). minum teh Pau d’Arco. Ini dibuat dari kulit pohon Amerika Selatan, 3). memakai bawang putih mentah atau suplemen bawang putih. Bawang putih diketahui mempunyai efek anti-jamur dan antibakteri. Namun bawang putih dapat mengganggu obat protease inhibitor, 4). kumur dengan minyak pohon teh (tea tree oil) dapat dilarutkan dengan air, 5). memakai kapsul laktobasilus (asidofilus).

PENCEGAHAN

Tidak ada cara untuk mencegah terpajan pada Candida. Obat-obatan tidak biasa dipakai untuk mencegah kandidiasis. Ada beberapa alasan: 1). Penyakit tersebut tidak begitu bahaya, 2). Ada obat-obatan yang efektif untuk mengobati penyakit tersebut, 3). Ragi dapat menjadi kebal (resistan) terhadap obat-obatan. Memperkuat sistem kekebalan tubuh adalah cara terbaik untuk mencegah jangkitan kandidiasis.

*Sumber: Pharmacotherapy-Dipiro

aspergilosis

Spesies Aspergillus merupakan jamur yang umum ditemukan di materi organik. Meskipun terdapat lebih dari 100 spesies, jenis yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia ialah Aspergillus fumigatus dan Aspergillus niger, kadang kadang bisa juga akibat Aspergillus flavus dan Aspergillus clavatus yang semuanya menular dengan transmisi inhalasi.

Aspergillus dapat menyebabkan spektrum penyakit pada manusia, bisa jadi akibat reaksi hipersensitivitas hingga bisa karena angioinvasi langsung. Umumnya Aspergillus akan menginfeksi paru-paru, yang menyebabkan empat sindrom penyakit, yakni Allergic Bronchopulmonary Aspergillosis (ABPA), Chronic Necrotizing Pneumonia Aspergillosis (CNPA), Aspergiloma, dan Aspergilosis invasif. Pada pasien yang imunokompromais aspergilosis juga dapat menyebar ke berbagai organ menyebabkan endoftalmitis, endokarditis, dan abses miokardium, ginjal, hepar, limpa, jaringan lunak, hingga tulang.

ABPA merupakan reaksi hipersensitivitas terhadap kolonisasi aspergilosis di daerah pohon trakeobronkial dan terjadi berkaitan dengan asma dan fibrosis kistik. Pada sinusitis alergik akibat jamur juga dapat terjadi sendiri atau bersama dengan ABPA. Adapun aspergiloma merupakan fungus ball (misetoma) yang terjadi karena terdapat kavitas di parenkim akibat penyakit paru sebelumnya. Penyakit yang mendasarinya bisa berupa TB (paling sering) atau proses infeksi dengan nekrosis, sarkoidosis, fibrosis kistik, dan bula emfisema. Fungus ball ini dapat bergerak di dalam kavitas tersebut namun tidak menginvasi dinding kavitas. Adanya fungus ball menyebabkan terjadinya hemoptisis yang berulang.

CNPA merupakan proses subakut yang biasanya terdapat pada pasien imunosupresi, terutama berkaitan dengan penyakit paru sebelumnya, alkoholisme, atau terapi kortikosteroid kronik. Sering kejadian ini terlewat karena sulit dikenali hingga akhirnya terbentuk infiltrat paru dengan kavitas. Aspergilosis invasis juga terjadi karena imunosupresi dengan gejala progresif yang cepat dan fatal meliputi invasi ke pembuluh darah dengan berakibat infiltrat multifokal yang lebar dan berkavitas di sekitar pleura, menjalar hingga ke sistem saraf. Status imunosupresi yang sering menyebabkan aspergilosis invasif ialah AIDS, penyakit granulomatosa kronik, netropenia, tranplantasi sumsum tulang atau organ padat.

PATOFISIOLOGI ASPERGILOSIS

Empat macam klasifikasi klinis aspergilosis memiliki patofisiologi yang berbeda sesuai jenisnya. Hifa jamur aspergillus memiliki bentuk yang berbeda dibanding jamur lainnya. Dengan pewarnaan perak, akan terlihat hifanya bercabang 450 yang tumbuh pesat pada suhu tubuh normal manusia. Sistem imun alamiah akan berusaha menyingkirkan spora mulai dari lapisan mukosa dan gerakan silia pada saluran pernapasan. Selanjutnya, jika spora sudah terlanjur masuk, akan ada perlawanan dari makrofag dan netrofil melalui fagositosis. Beberapa spesies Aspergillus memproduksi metabolit toksin yang menghambat proses fagositosis ini. Kortikosteroid (terutama pada penderita asma) juga akan melemahkan proses fagositosis ini. Keadaan imunosupresi lainnya (mis. AIDS, penyakit granulomatosa kronik, imunosupresi farmakologis) juga menyebabkan disfungsi atau menurunkan jumlah netrofil. Pada pasien imunokompromais, invasi vaskular lebih sering terjadi dan menyebabkan infark, perdarahan, serta nekrosis jaringan paru. Individu dengan CNPA umumnya akan mengalami pembentukan granuloma dan konsolidasi alveolar yang di sela-selanya terdapat hifa.

ABPA terjadi karena terdapat reaksi hipersensitivitas terhadap A. fumigatus akibat pemakaian kortikosteroid terus menerus. Akibatnya akan terjadi produksi mukus yang berlebih karena kerusakan fungsi silia pada saluran pernapasan. Mukus ini berbentuk sumbatan yang mengandung spora A. fumigatus dan eosinofil di lumen saluran napas. Akan terjadi presipitasi antibodi IgE dan IgG melalui reaksi hipersensitivitas tipe I menyebabkan deposit kompleks imun dan sel-sel inflamasi di mukosa bronkus. Deposit ini nantinya akan menghasilkan nekrosis jaringan dan infiltrat eosinofil (reaksi hipersensitivitas tipe III) hingga membuat kerusakan dinding bronkus dan berakhir menjadi bronkiektasis. Tak jarang ditemui spora pada mukus penderita aspergilosis paru.

Pada aspergilloma terdapat kolonisasi nonivasif karena di parenkim paru sudah terdapat kavitas, kista, bula, atau bronkus yang mengalami ektasis. Penyebab yang paling sering ialah tuberkulosis, sarkoidosis, dan bronkiektasis. Penyebab lainnya bisa berupa fibrosis kistik, spondilitis ankilosa, kista bronkogenik, pneumonokoniasis, sekuestrasi pulmonal, keganasan dengan kavitas, dan pneumatokel akibat sekunder pneumonia akibat Pneumocystis carinii. Secara histologis, aspergiloma merupakan gambaran dari adanya fungus ball (misetoma), yakni sebuah konglomerasi seperti massa dari hifa yang tumpang tindih dengan fibrin, debris selular, mukus, dan produk darah lainnya. Misetoma ini dapat mengalami kalsifikasi menjadi gambaran amorf atau seperti cincin dari foto toraks. Lebih dari setengan pasien aspergiloma akan mengalami peningkatan presipitin serum.

CNPA atau aspergilosis semiinvasif terjadi pada status imunokompromais sedang, terutama pada penyakit yang berlangsung kronik, terutama Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Penyakit lain yang telah diketahui menjadi faktor predisposisi ialah alkoholisme, lanjut usia, dan penggunaan steroid berkepanjangan. Terbentuk kavitas secara perlahan namun progresif di lobus atas paru yang menyebabkan bronkiolitis dan bronkopneumonia. Secara radiologis konsolidasi ini akan sangat mirip dengan proses spesifik TBC. Namun secara histologis akan terlihat proliferasi organisme di ruang interalveolar, perdarahan intraalveolar, dan invasi dinding bronkial yang menyebabkan nekrosis jaringan dengan pembentukan mikoabses.

Adapun aspergilosis invasif relatif umum terjadi pada pasien dengan status imunokompromais berat, terutama AIDS dan transplantasi organ. Spora jamur akan berproliferasi di saluran udara paru dan pada keadaan imunokomprais berat spora akan masuk ke pembuluh darah transbronkial menyebabkan infark hemoragik. Di area ini akan terbentuk kavitas yang mengandung sekuestrum paru yang terinfeksi, terlihat sangat mirip misetoma. Jamur ini juga dapat menyebar secara sistemik dan potensial merusak jantung, otak, ginjal, hepar, limpa, tiroid, dan saluran pencernaan.

TANDA DAN GEJALA

ABPA merupakan sindrom yang sering terjadi pada pasien asma dan fibrosis kistik sehingga bermanifestasi dengan demam dan infiltrat paru yang tidak responsif dengan terapi antibakterial. Penderita mengeluh batuk produktif dengan gumpalan mukus yang dapat membentuk kerak di bronkus., kadang menyebabkan hemoptisis. ABPA juga bisa terjadi berbarengan dengan sinusitis fungal alergik, dengan gejala sinusitis di dalamnya dengan drainase sinus yang purulen.

Aspergiloma bisa juga tidak menimbulkan gejala klinis tertentu selain penyakit utama yang mendasarinya, yakni TBC, sarkoidosis, atau proses nekrosis lain di paru. Pada pasien HIV aspergiloma dapat terjadi pada area yang berkista akibat infeksi pneumonia Pneumocystis carinii. Dari semua pasien aspergiloma, 40-60%nya akan mengalami hemoptisis yang masif dan mengancam nyawa. Kadang-kadang aspergiloma juga dapat menyebabkan batuk-batuk dan ddemam berkepanjangan.

CNPA bermanifestasi sebagai pneumonia subakut yang tidak responsif terhadap terapi antibiotik normal, sehingga menyebabkan kavitas selama berminggu-minggu hingga berbulan-bulan. Seperti tipe aspergilosis lainnya, pasien dengan CNPA memiliki penyakit tertentu yang mendasarinya, yakni PPOK atau alkoholisme, dengan gejala yang meliputi demam, batuk, keringat malam, dan penurunan berat badan. Umumnya pasien yang menggunakan antibiotik atau antituberkulosis berkepanjangan tanpa respon pengobatan yang baik dapat menyebabkan paru menjadi rusak, nekrosis, hingga akhirnya terbentuk CNPA.

Terakhir, aspergilosis invasif mengalami gejala yang sangat bervariasi, yakni demam, batuk, sesak napas, nyeri pleura, dan kadang-kadang menimbulkan hemoptisis pada pasien dengan prolong neutropenia atau keadaan imunosupresi. Transplantasi organ yang paling sering menimbulkan aspergilosis ialah transplantasi sumsum tulang. Namun kadang aspergilosis juga ditemui pada pasien transplantasi organ padat semisal paru-paru, jantung, dan hepar. Sedangkan pasien leukemia dan limfoma sangat berpotensi mendapat aspergilosis karena terinduksi kemoterapi. Pascakemoterapi akan terjadi prolong neutropenia dengan gejala demam dan infiltrat di paru meskipun sudah dibom antibiotik. Dari CT-scan dan radiografi akan terlihat pola yang khas, yakni nodul, infiltrat dengan kavitas, serta infiltrat.

Secara umum gejala klinis aspergilosis tidak ada yang khas, pasien ABPA mungkin akan mengalami demam, batuk berdahak, dengan mengi pada auskultasi. Pasien dengan aspergilosis invasif dan CNPA selain mengalami demam juga sering batuk berdahak. Khusus pengidap aspergilosis invasif akan mengalami takipneu dan hipoksemia berat. Penderita aspergiloma akan mengalami gejala sesuai penyakit yang mendasarinya, namun gejala yang paling sering ialah hemoptisis. Secara umum, gejala klinis dan hasil lab semua jenis aspergilosis akan sesuai dengan penyakit yang mendasarinya.

PENGOBATAN ASPERGILOSIS

Prinsip pengobatan aspergilosis ialah menghilangkan jamur dan sporanya dari tubuh penderita. Namun secara garis besar penatalaksanaannya dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan penyebabnya; pengobatan CNPA dan aspergilosis invasif berbeda dengan aspergiloma dan ABPA.

Aspergilosis invasif merupakan penyakit sistemik akibat imunosupresi, sehingga kemunculannya bisa diantisipasi. Jika terdapat pasien HIV, leukemia, limfoma, atau pasien pascatranplantasi, perlu diberikan antijamur sebagai profilaksis. Saat ini antijamur pilihan yang dianjurkan ialah Voriconazole, sementara beberapa tahun silam masih dianjurkan untuk memakai Amfoterisin B. Voriconazole relatif lebih aman karena toleransi yang lebih baik dibanding Amfoterisin. Namun untuk keadaan mukormikosis, amfoterisin tetap diberikan karena Voriconazole tidak efektif terhadap mucor. Pasien yang sudah resisten dengan Voriconazole dapat diberikan Caspofungin. Derivat azol dan amfoterisin tidak direkomendasikan untuk dikombinasi karena azol akan menghambat absorpsi amfoterisin. Namun kombinasi sesama azol (mis. Voriconazole dengan Itraconazole atau Fluconazole) layak diberikan untuk pasien yang sudah resisten dengan antijamur. Pemberian antijamur ini akan lebih efektif jika dibarengi dengan perbaikan status imunokompromais, misalnya dengan pemberian growth factor.

Terapi yang tepat untuk aspergiloma ialah simtomatik, yakni mengurangi hemoptisis. Namun terapi kausal yang tepat untuk aspergiloma ialah dengan pembedahan. Dengan lobektomi, kavitas yang berisi aspergiloma dapat dihilangkan dengan mudah. Namun toleransi pembedahan toraks sangat ketat sehingga sering ditunda karena fungsi paru penderita sudah jauh berkurang. Akhirnya, untuk aspergiloma pun digunakan itraconazole oral dengan angka kesembuhan hingga 60%. Tindakan lain yang dapat dilakukan ialah embolisasi arteri bronkial untuk mencegah hemoptisis yang terlalu masif, namun memerlukan keahlian yang sangat tinggi dari radiologis dengan panduan CT-scan karena arteri bronkial bercabang menjadi arteri spinalis, sehingga dikhawatirkan terjadi komplikasi neurologis.

Penderita ABPA diobati sesuai proses penyakitnya, karena ABPA terjadi akibat proses hipersensitivitas, maka respon alergi harus dikurangi. Meskipun ABPA terjadi karena pemakaian kortikosteroid terus-menerus, namun pengobatannya juga menggunakan kortikosteroid, namun dengan oral, bukan lagi inhalasi. ABPA yang kronik memerlukan antijamur semisal itraconazole yang dapat mempercepat hilangnya infiltrat. ABPA yang berbaerngan dengan sinusitis alergik fungal memerlukan tindakan operasi jika terdapat polip obstruktif. Kadang-kadang dapat juga dibilas dengan amfoterisin untuk mempercepat peyembuhan.

Pengobatan CNPA terdiri dari terapi dengan voriconazole, atau bisa juga dengan itraconazole, caspofungin, atau keluarga amfoterisin. Jika respon antijamur sangat kurang, terapi CNPA ialah dengan pembedahan paru. Pembedahan ini ditujukan untuk lesi yang terlokalisasi yang tidak respon dengan antijamur, apalagi jika telah dibarengi dengan hemoptisis dan sumbatan mukus.

Vaginal candidiasis sensitive terha­dap sejumlah antijamur, terutama go­longan azol. Antijamur triazol masih jadi pilihan karena lebih kurang toksik.

Hampir sebagian besar kasus vaginal candidiasis (VC) ter­jadi karena organisme candida yang berasal dari tu­buh si penderita itu sendiri. Jarang sekali terjadi penularan VC, semisal melalui hubungan seksual. Dalam keadaan normal, candida biasa bersarang di mulut, sa­luran gastrointestinal, dan vagina tanpa menimbulkan gejala. Ta­pi, saat terjadi ketidakseimbangan, misalnya saat keasaman va­gina berubah atau terjadi perubahan keseimbangan hormonal, candida bisa berkembang secara berlebihan sehingga menimbulkan gejala. Pada vagina, candida merupakan penyebab iritasi atau vaginitis kedua terbanyak.

Dalam mengobati infeksi VC, penting untuk mempertimbang­kan bahwa spesies candida merupakan dari flora normal. Selain itu, VC juga kerap salah didiagnosis sebagai infeksi bakteri se­hingga diberi antibiotik. Hal ini bisa memperparah kondisi penyakit.

Infeksi VC sensitif terhadap sejumlah besar antijamur. Namun yang paling ba­nyak digunakan adalah golongan azol, seperti flukonazol. Meski sudah ada laporan resistensi, namun di Indonesia flukonazol ma­sih efektif dan tetap jadi pilihan. Dulu, ketokonazol merupakan obat lini pertama untuk VC, tapi saat ini penggunaannya mulai terbatas karena efek samping hepatotoksik.

Obat antijamur golongan imidazol dan triazol bekerja dengan menghambat enzim cytochrome P450 14_-demethylase. Enzim ini merubah lanosterol menjadi ergosterol, dan dibutuhkan un­tuk sintesis dinding sel jamur. Kelompok imidazol yang biasa di­gu­nakan untuk infeksi VC adalah mikonazol, ketokonazol, dan klotrimazol. Sedangkan anggota kelompok triazol, lebih baru dan kurang toksik dibandingkan imidazol, yang banyak diguna­kan untuk infeksi VC adalah flukonazol dan itrakonazol. Posa­co­nazol dan voriconazol merupakan golongan triazol yang diin­di­ka­si­kan untuk infeksi candida yang sangat serius (sistemik).

Selain golongan azol, untuk pengobatan infeksi VC juga bisa diberikan antijamur poliena, semisal nistatin. Seperti amfoteri­sin B dan natamisin, nistatin terikat dengan ergosterol, komponen utam membran sel jamur. Saat berada pada konsentrasi yang cukup, nistatin membentuk inti dalam membran yang meng­arah pada K+ leakage dan mematikan jamur.

Ke depan, obat-obat antijamur baru tengah dikembangkan untuk mengobati infeksi VC. Misalnya saja, golongan echi­no­can­dins (caspofungin, micafungin, anidulafungin). Kelompok obat ini kini tengah dipelajari secara klinis pada pasien anak dan dewasa. Adapun mekanisme kerja kelompok obat ini adalah dengan mempengaruhi integritas dinding sel dengan menghambat enzim1,3 beta-glucan synthase.

tehnik aseptis

Teknik aseptis sangat penting dalam pengerjaan mikrobiologi yang memerlukan ketelitian dan keakuratan disamping kesterilan yang harus selalu dijaga agar terbebas dari kontaminan yang dapat mencemari. Populasi mikroba di alam sekitar kita sangat besar dan komplek. Beratus-ratus spesies berbagai mikroba biasanya menghuni bermacam-macam bagian tubuh kita, termasuk mulut, saluran pencernaan, dan kulit. Sekali bersin terdapat beribu-ribu mikroorganisme sehingga diperlukan teknik yang dapat meminimalisirnya seperti pengisolasian (Pelczar & Chan, 1986).

Sterilisasi merupakan suatu proses untuk mematikan semua organisme yang teradapat pada suatu benda. Proses sterilisasi dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu penggunaan panas (pemijaran dan udara panas); penyaringan; penggunaan bahan kimia (etilena oksida, asam perasetat, formaldehida dan glutaraldehida alkalin) (Hadioetomo, 1993).

Tujuan dari percobaan ini adalah agar praktikan dapat memindah biakan dari satu media ke media yang lain dan mampu melakukan kerja aseptis.

Isolasi bakteri merupakan suatu cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu dari lingkungannya sehingga diperoleh kultur murni atau biakan murni. Ada beberapa cara umum yang dapat dilakukan untuk mengisolasi mikroba antara lain, untuk mengisolasi bakteri dapat dilakukan dengan cara goresan (streak plate), cara taburan atau tuang (pour palte), cara sebar (spread plate), cara pengenceran (dilution method), serta mikromanipulator (the micromanipulator method) (Lim, 1998).

Biakan murni bakteri adalah biakan yang terdiri atas satu spesies bakteri yang ditumbuhkan dalam medium buatan. Medium buatan tersebut berfungsi sebagai medium pertumbuhan. Medium ini dapat berfungsi sebagai sumber nutrisi yang diperlukan bakteri untuk tumbuh dan berkembang biak. Bahan dasar yang digunakan untuk medium pertumbuhan ini adalah agar-agar. Untuk bakteri heterotrof, medium dilengkapi dengan air, molekul makanan (misal gula) sumber nitrogen dan mineral. Untuk hasil yang lebih baik agar bakteri tumbuh, alat dan bahan yang digunakan disterilkan terlebih dahulu (Dwidjoseputro, 1994).

Memformulasikan suatu medium atau bahan yang akan digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme di dalamnya harus memperhatikan berbagi macam ketentuan seperti jika yang ingin kita membuat medium untuk organisme bersel tunggal, biasanya air sangat penting sebagai komponen utama protoplasmanya serta untuk masuknya nutrien ke dalam sel. Pembuatan medium agar padat, digunakan agar-agar, gelatin atau gel silika. Bahan agar yang utama adalah galaktan (komplek karbohidrat yang diekstrak dari alga genus Gelidium). Agar akan larut atau cair pada suhu hampir 100oC dan akan cair apabila kurang lebih 43oC (Hadioetomo, 1993). Menurut Schlegel (1993) agar merupakan media tumbuh yang ideal yang diperkenalkan melalui metode bacteriaological.

Sterilisasi yang umum dilakukan dapat berupa:

a. Sterilisasi secara fisik (pemanasan, penggunaan sinar gelombang pendek yang dapat dilakukan selama senyawa kimia yang akan disterilkan tidak akan berubah atau terurai akibat temperatur atau tekanan tinggi). Dengan udara panas, dipergunakan alat “bejana/ruang panas” (oven dengan temperatur 170o – 180oC dan waktu yang digunakan adalah 2 jam yang umumnya untuk peralatan gelas).

b. Sterilisasi secara kimia (misalnya dengan penggunaan disinfektan, larutan alkohol, larutan formalin).

c. Sterilisasi secara mekanik, digunakan untuk beberapa bahan yang akibat pemanasan tinggi atau tekanan tinggi akan mengalami perubahan, misalnya adalah dengan saringan/filter. Sistem kerja filter, seperti pada saringan lain adalah melakukan seleksi terhadap partikel-partikel yang lewat (dalam hal ini adalah mikroba) (Suriawiria, 2005).

Autoklaf digunakan sebagai alat sterilisasi uap dengan tekanan tinggi. Penggunaan autoklaf untuk sterilisasi, tutupnya jangan diletakkan sembarangan dan dibuka-buka karena isi botol atau tempat medium akan meluap dan hanya boleh dibuka ketika manometer menunjukkan angka 0 serta dilakukan pendinginan sedikit demi sedikit. Medium yang mengandung vitamin, gelatin atau gula, maka setelah sterilisasi medium harus segera didinginkan. Cara ini untuk menghindari zat tersebut terurai. Medium dapat langsung disimpan di lemasi es jika medium sudah dapat dipastikan steril (Dwidjoseputro, 1994).

Salah satu teknik dasar dalam analisa mikrobiologi adalah teknik transfer aseptis (suatu metode atau teknik di dalam memindahkan atau mentransfer kultur bakteria dari satu tempat ke tempat lain secara aseptis agar tidak terjadi kontaminasi oleh mikroba lain ke dalam kultur). Teknik ini sangat esensial dan kunci keberhasilan prosedur mikrobial yang harus diketahui oleh seorang yang hendak melakukan analisis mikrobiologi. Pengambilan sampel harus dilakukan secara statistik agar tidak bias, jadi secara acak (random sampling). Selain itu, digunakan teknik aseptis selama pengambilan sampel agar tidak terjadi pencemaran. Alat-alat yang digunakan harus steril. Bahan makanan cair diambil dengan pipet steril, makanan padat menggunakan pisau, garpu, sendok atau penjepit yang steril (Afrianti, 2004).

Teknik transfer aseptis ada meliputi beberapa teknik seperti Inoculating (inokulasi) dengan jarum ose, Pipetting (mentransfer dengan pipet) serta Alcohol Flamming (mentransfer dengan forsep yang dibakar dengan alkohol) (Anonim, 2006).

pembuatan preparat

Mikroorganisme yang ada dialam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecatan (Jaweta, 1986; Dwidjoseputro, 1994; Assani, 1994).

Tujuan dari pewarnaan adalah untuk memudahkan melihat bakteri dengan mikroskop, memperjelas ukuran dan bentuk bakteri, untuk melihat struktur luar dan struktur dalam bakteri seperti dinding sel dan vakuola, menghasilkan sifat-sifat fisik dan kimia yang khas daripada bakteri dengan zat warna, serta meningkatkan kontras mikroorganisme dengan sekitarnya (Pelczar & Chan, 1986; Volk & Wheeler, 1993; Lim, 1998).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri yaitu fiksasi, peluntur warna, subtrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup. Pewarnaan gram pertama kali mulai dikembangkan pada tahun 1884 oleh ahli histologi yaitu Cristian Gram (Cappuccino & Sherman, 1983).

Contoh bakteri yang tergolong bakteri tahan asam, yaitu dari genus Mycobacterium dan beberapa spesies tertentu dari genus Nocardia. Bakteri-bakteri dari kedua genus ini diketahui memiliki sejumlah besar zat lipodial (berlemak) di dalam dinding selnya sehingga menyebabkan dinding sel tersebut relatif tidak permeabel terhadap zat-zat warna yang umum sehingga sel bakteri tersebut tidak terwarnai oleh metode pewarnaan biasa, seperti pewarnaan sederhana atau Garm (Ratna, 1993; Dwidjoseputro, 1994).

Tujuan dari percobaan ini adalah dapat melakukan pembuatan preparat dari bahan yang berasal dari penderita baik itu dengan media cair dan media padat.Dapat melakukan pengecatan bakteri khususnya dapat membedakan bakteri gram positif dan bakteri gram negatif.

Mikroorganisme merupakan populasi makhluk hidup di alam yang jumlahnya sangat besar namun, semua mikroorganisme mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas, sama halnya dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air. Pengecatan dan pewarnaan merupakan salah satu cara untuk mengamati sel-sel bakteri (Sutedjo, 1991).

Bakteri-bakteri dari genus Mycobacterium dan spesies tertentu dari genus Nocardia mengandung sejumlah besar zat lipoidal (berlemak) di dalam dinding selnya sehingga menyebabkan dinding sel tersebut relatif tidak permeabel terhadap zat-zat warna yang umum sehingga sel baktei tersebut tidak terwarnai oleh pewarnaan biasa, seperti pewarnaan sederhana atau Gram. Kelompok bakteri tahan asam ini juga dapat hidup sebagai flora normal pada usus ternak unggas, dengan demikian sumber tersebut memudahkan dalam upaya mendapatkan isolat bekteri yang tahan asam (Cappuccino & Sherman, 1983)

Berbagai macam tipe morfologi bakteri (kokus, basil, spirilum, dan sebagainya) dapat dibedakan dengan menggunakan pewarna sederhana. Istilah ”pewarna sederhana” dapat diartikan dalam mewarnai sel-sel bakteri hanya digunakan satu macam zat warna saja (Gupte, 1990). Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen kromoforiknya bermuatan positif). Faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri yaitu fiksasi, peluntur warna , substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup. Suatu preparat yang sudah meresap suatu zat warna, kemudian dicuci dengan asam encer maka semua zat warna terhapus. sebaliknya terdapat juga preparat yang tahan terhadap asam encer. Bakteri-bakteri seperti ini dinamakan bakteri tahan asam, dan hal ini merupakan ciri yang khas bagi suatu spesies (Dwidjoseputro, 1994).

Zat warna adalah senyawa kimia berupa garam-garam yang salah satu ionnya berwarna. Garam terdiri dari ion bermuatan positif dan ion bermuatan negatif. Senyawa-senyawa kimia ini berguna untuk membedakan bakteri-bakteri karena reaksinya dengan sel bakeri akan memberikan warna berbeda. Perbedaan inilah yang digunakan sebagai dasar pewarnaan bakteri (Sutedjo, 1991).

Sel-sel warna dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu asam dan basa. Jika warna terletak pada muatan positif dari zat warna, maka disebut zat warna basa. Jika warna terdapat pada ion negatif, maka disebut zat warna asam. Contoh zat warna basa adalah methylen blue, safranin, netral red, dan lain-lain. Sedangkan anionnya pada umumnya adalah Cl-, SO4-, CH3COO-, COOHCOO?. Zat warna asam umumnya mempunyai sifat dapat bersenyawa lebih cepat dengan bagian sitoplasma sel sedangkan zat warna basa mudah bereaksi dengan bagian-bagian inti sel. Pewarnaan bakteri dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti : fiksasi, peluntur warna, substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup (Sutedjo, 1991).

Sel–sel bakteri mempunyai muatan yang agak negatif bila pH lingkungannya mendekati netral. Muatan negatif dari sel bakteri akan bergabung dengan muatan positif dari ion zat warna misalnya methylen blue, sehingga selnya akan berwarna. Perbedaan muatan inilah yang menyebabkan adanya ikatan atau gabungan antara zat warna dan sel bakteri (Schegel, 1993).

Sebagian besar dari genus anaerobik Clostridium dan Desulfotomaculum dan genus aerobik Bacillus adalah contoh-contoh organisme yang mempunyai kapasitas untuk pertahanan, salah satunya adalah sel vegetatif yang aktif secara metabolik, tipe-tipe sel inaktif secara metabolik disebut spora. Kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan untuk keberlangsungan aktivitas sel vegetatif, biasanya pada saat kurangnya sumber nutrisi karbon, sel ini mempunyai kapasitas untuk mengalami sporogenesis dan memberikan reaksi untuk pembentukan struktur intraseluler baru (endospora) yang dilindungi oleh lapisan yang tidak dapat ditembus air (tahan penetrasi) dikenal sebagai jaket spora (spore coats) (Cappuccino & Sherman, 1983)

Kondisi yang terus memburuk membuta endospora dibebaskan dari degenerasi sel vegetatif dan menjadi sel independen yang disebut spora yang diakibatkan komposisi lapisan kimia spora bersifat tahan terhadap efek-efek merusak, misalnya pemanasan berkelebihan, pembekuan, radiasi, pengeringan, dan agent kimia lainnya sehingga diperlukan pewarnaan khusus secara mikrobiologi dan ketika kondisi lingkungan kembali normal, spora bebas kembali untuk aktif secara metabolik dan sel vegetatif berkurang resisten melalui germinasi. Sporogenesis dan germinasi tidak dimaksudkan untuk reproduksi tetapi hanya mekanisme yang menjamin ketahanan sel dibawah kondisi lingkungan (Suriawiria, 2005).

teknik dasar mikrobiologi

Ilmu yang mempelajari bentuk, sifat, kehidupan, penyebaran dan manfaat jasad hidup termasuk mikroba yang lebih lazim disebut dengan mikrobiologi yang di dalamnya mencakup satu kelompok besar jasad hidup yang mempunyai bentuk dan ukuran sangat kecil, serta sifat hidup yang berbeda dengan jasad lain umumnya. Seperti bakteri yang memiliki salah satu sifat penting adalah kemampuan beberapa jenis bakteri untuk memproduksi struktur internal yaitu endospora. Endospora ini umumnya terbentuk secara tunggal dalam sel guna menanggulangi keadaan lingkungan yang kurang baik. Spora yang sudah masak dilepas oleh sel ke alam sekitarnya. Spora-spora ini dapat dilihat di bawah mikroskop fase kontras dan tampak sebagai bagian yang bercahaya terang baik di dalam atau di luar sel. Spora-spora ini tahan terhadap keadaan fisik atau kimia yang ekstrim seperti suhu, kekeringan, dan bahan-bahan kimia pembasmi kuman dan dapat bertahan dalam keadaan tidur untuk beberapa tahun. Pada saat kondisi memungkinkan, spora-spora tersebut tumbuh menjadi sel-sel vegetatif yang normal.

Ada beberapa metode yang digunakan untuk mengisolasi bakteri, fungi, dan khamir dengan menggunakan metode gores, metode tuang, metode sebar, metode pengenceran serta micromanipulator. Dua diantaranya yang paling sering digunakan adalah tekhnik cawan tuang dan cawan gores. Kedua metode ini didasarkan pada prinsip yang sama yaitu mengencerkan organisme sedemikian rupa sehingga individu spesies individu spesies dapat dipisahkan dari lainnya.

Pemahaman mengenai teknik dasar dalam praktikum mikrobiologi, seperti pengenalan ose serta cara menggunakannya, dan teknik plating sehingga seorang praktikan dapat melakukan praktikum mikrobiologi yang sesuai dengan kaidah serta ketentuan yang berlaku merupakan hal yang terpenting. Berbagai jenis ose yang dikenal serta penggunaannya disesuaikan dengan mikroorganisme yang akan diteliti, baik dalam hal pemindahan maupun pemilihan dari suatu koloni. Teknik plating dan ose merupakan satu kesatuan sehingga keduanya memiliki keterkaitan satu sama lainnya (karena teknik plating dilakukan dengan menggunakan ose).

Ose (lup inokulasi) merupakan alat dasar dalam praktikum mikrobiologi yang terbuat dari bahan tertentu seperti kawat platina, namun yang lebih umum digunakan di laboratorium pengajaran dan lebih murah harganya ialah kawat nikrom (nichrome) dengan diameter lingkaran pada ujung lup berkisar antara 2 sampai 4 mm (Hadioetomo, 1993).

Mikroorganisme dibiakkan di laboratorium pada medium yang terdiri dari bahan nutrient. Biasanya pemilihan medium yang dipakai bergantung kepada banyak faktor seperti seperti apa jenis mikroorganisme yang akan ditumbuhkan (Pelezar, 1986).

Perbenihan untuk pertumbuhan bakteri agar dapat tetap dipertahankan harus mengandung semua zat makanan yang diperlukan oleh organisme tersebut. Faktor lain seperti PH, suhu, dan pendinginan harus dikendalikan dengan baik (Buckle, 1987)

Selain untuk tujuan diatas medium juga memiliki fungsi lain, seperti tempat untuk mengisolasi, seleksi, evaluasi dan diferensiasi biakan yang didapatkan. Agar tiap-tiap medium memilki karakteristik yang sesuai dengan tujuan sehingga seringkali digunakan beberapa jenis zat tertentu yang mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroba (Suriawiria, 2005).

Beberapa indikasi pembiakan pada laboratorium mikrobiologi meliputi:

1. Pengasingan (isolasi) mikroba pada biakan bakteri

2. Menunjukan sifat khas mikroba.

3. Untuk menentukan jenis mikroba yang diisolasi dengan cara-cara tertentu.

4. Untuk mendapatkan bahan biakan yang cukup untuk membuat antigen dan percobaan serologi lainnya.

5. Menentukan kepekaan kuman terhadap antibiotik.

6. Menghitung jumlah kuman

7. Mempertahankan biakan mikroba.

Usaha mencegah masuknya mikroorganisme yang tidak diinginkan dan untuk menanam suatu spesies terdapat beberapa cara yaitu:

· Penanaman dengan penggoresan

Cara ini untuk mengasingkan kuman agar didapatkan biakan murni.

· Penanaman lapangan

Berguna untuk penentuan jenis kuman dengan bakteriofage dan uji kepekaan terhadap antibiotik.

· Biakan agar tabung

Biasanya dipergunakan untuk menunjukan adanya pertumbuhan murni mikro untuk aglutinasi gelas alas.

· Biakan tusukan

Biasanya dipergunakan untuk menunjukan adanya pencairan gelatin dan mempertahankan biakan baru.

· Biakan agar tuang

Menunjukan jumlah koloni mikroba hidup yang terdapat pada suspensi.

· Biakan cairan

Kegunaannya untuk menunjukan biakan yang banyak dan cepat. Kerugiannya adalah tidak dapat membiat biakan murni dari bahan yang mengandung berbagai mikroorganisme.

Untuk mendapatkan biakan murni ada beberapa cara yang dapat dilakukan yaitu:

1. Pengenceran

2. Penuangan

3. Penggesekan untuk menumbuhkan mikroba anaerob

pembuatan media dan sterilisasi

Mikroorganisme yang ingin kita tumbuhkan, yang pertama harus dilakukan adalah memahami kebutuhan dasarnya kemudian memformulasikan suatu medium atau bahan yang akan digunakan. Air sangat penting bagi organisme bersel tunggal sebagai komponen utama protoplasmanya serta untuk masuknya nutrien ke dalam sel. Pembuatan medium sebaiknya menggunakan air suling. Air sadah umumnya mengandung ion kalsium dan magnesium yang tinggi. Pada medium yang mengandung pepton dan ektrak daging, air dengan kualitas air sadah sudah dapat menyebabkan terbentuknya endapan fosfat dan magnesium fosfat (Hadioetomo, 1993).

Alat yang akan digunakan dalam suatu penelitian atau praktikum harus disterilisasi terlebih dahulu untuk membebaskan semua bahan dan peralatan tersebut dari semua bentuk kehidupan. Sterilisasi merupakan suatu proses untuk mematikan semua organisme yang teradapat pada suatu benda. Proses sterilisasi dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu penggunaan panas (pemijaran dan udara panas); penyaringan; penggunaan bahan kimia (etilena oksida, asam perasetat, formaldehida dan glutaraldehida alkalin) (Hadioetomo, 1993).

Tujuan praktikum ini adalah agar dapat melakukan pembuatan media serta cara mensterilisasikan suatu alat atau bahan.

Memformulasikan suatu medium atau bahan yang akan digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme di dalamnya harus memperhatikan berbagi macam ketentuan seperti jika yang ingin kita membuat medium untuk organisme bersel tunggal, biasanya air sangat penting sebagai komponen utama protoplasmanya serta untuk masuknya nutrien ke dalam sel. Pembuatan medium agar padat, digunakan agar-agar, gelatin atau gel silika. Bahan agar yang utama adalah galaktan (komplek karbohidrat yang diekstrak dari alga genus Gelidium). Agar akan larut atau cair pada suhu hampir 100oC dan akan cair apabila kurang lebih 43oC (Hadioetomo, 1993). Menurut Schlegel (1993) agar merupakan media tumbuh yang ideal yang diperkenalkan melalui metode bacteriaological.

Organisme hidup memerlukan nutrisi untuk pertumbuhannya. Subtansi kimia organik dan inorganik diperoleh dari lingkungan dalam berbagai macam bentuk. Nutrien diambil dari likungan kemudian ditransformasikan melalui membran plasma menuju sel. Di sel beberapa nutrisi diolah menghasilkan energi yang digunakan dalam proses seluler (Lim, 1998). Bakteri dalam medium juga memerlukan makanan untuk pertumbuhannya. Bakteri yang tidak punya akar harus berada pada permukaan larutan makanan yang cair. Pertumbuhan bakteri berarti meningkatnya jumlah sel yang konstituen (yang menyusun). Apabila disusun 10 bakteri dalam 1 ml medium yang cocok dan 24 jam kemudian ditemukan 10 juta bakteri tiap milimeternya, maka terjadilah pertumbuhan bakteri. Meningkatnya jumlah bakteri terjadi dengan proses yang disebut dengan pembelahan biner, dimana setiap bakteri membentuk dinding sel baru (Volk, 1993).

Pertumbuhan bakteri selain memerlukan nutrisi, juga memerlukan pH yang tepat. Kebanyakan bakteri tidak dapat tumbuh pada kondisi yang terlalu basa, kecuali Vibrio cholerae yang dapat hidup pada pH lebih dari 8. Suhu juga merupakan variabel yang perlu dikendalikan. Kelompok terbesar yaitu mesofil, suhu optimum untuk pertumbuhannya 20-40oC (Volk, 1993).

PH merupakan faktor yang sangat mempengaruhi suatu keberhasilan dalam pembuatan medium sehingga kondisi pH yang terlalu basa atau terlalu asam tidak cocok untuk dijadikan medium mikroba karena mikroba tidak dapat hidup pada kondisi tersebut. Medium didiamkan atau disimpan selama 2 x 24 jam untuk menyakinkan bahwa medium masih steril, karena selain pH sebagai penentu tumbuhnya mikroba, alat dan medium yang steril juga menentukan (Dwidjoseputro, 1994).

Pembuatan medium Potato Dextrose Agar (PDA), kentang sudah ditimbang dan direbus, dengan ukuran kentang 50,31 g dan agar 4,03 g. Disini menggunakan agar untuk mengentalkan medium. Ekstrak kentang dan agar disetir dan diatur suhu dan pHnya. Sebelum dilakukan sterilisasi, medium berawarna kuning, setelah disterilisasi dalam autoklaf medium berwarna kecoklatan dan didapat endapan berwarna putih. Setelah didinginkan beberapa saat, medium dapat ditanami bakteri (Schegel, 1993).

Pembuatan medium Nutrien Agar (NA) menggunakan bahan utama beef ekstrak 5 g, peptom 3 g dan agar 3 g. Pada awal pengamatan medium Nutrien Agar, sebelum proses sterilisasi berwarna kuning, setelah sterilisasi warna medium menjadi agak coklat. Pada pembuatan medium NA ini ditambahkan pepton agar mikroba cepat tumbuh, karena mengandung banyak N2 (Dwidjoseputro, 1994). Agar yang digunakan dalam proses ini untuk mengentalkan medium sama halnya dengan yang digunakan pada medium PDA yang juga berperan sebagai media tumbuh yang ideal bagi mikroba (Schlegel, 1993).

Sterilisasi yang umum dilakukan dapat berupa:

a. Sterilisasi secara fisik (pemanasan, penggunaan sinar gelombang pendek yang dapat dilakukan selama senyawa kimia yang akan disterilkan tidak akan berubah atau terurai akibat temperatur atau tekanan tinggi). Dengan udara panas, dipergunakan alat “bejana/ruang panas” (oven dengan temperatur 170o – 180oC dan waktu yang digunakan adalah 2 jam yang umumnya untuk peralatan gelas).

b. Sterilisasi secara kimia (misalnya dengan penggunaan disinfektan, larutan alkohol, larutan formalin).

c. Sterilisasi secara mekanik, digunakan untuk beberapa bahan yang akibat pemanasan tinggi atau tekanan tinggi akan mengalami perubahan, misalnya adalah dengan saringan/filter. Sistem kerja filter, seperti pada saringan lain adalah melakukan seleksi terhadap partikel-partikel yang lewat (dalam hal ini adalah mikroba) (Suriawiria, 2005).

Autoklaf digunakan sebagai alat sterilisasi uap dengan tekanan tinggi. Penggunaan autoklaf untuk sterilisasi, tutupnya jangan diletakkan sembarangan dan dibuka-buka karena isi botol atau tempat medium akan meluap dan hanya boleh dibuka ketika manometer menunjukkan angka 0 serta dilakukan pendinginan sedikit demi sedikit. Medium yang mengandung vitamin, gelatin atau gula, maka setelah sterilisasi medium harus segera didinginkan. Cara ini untuk menghindari zat tersebut terurai. Medium dapat langsung disimpan di lemasi es jika medium sudah dapat dipastikan steril (Dwidjoseputro, 1994).

*lebih lengkapnya see in:

Dwidjoseputro, D. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan, Jakarta.

Hadioetomo, R.S. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Gramedia, Jakarta.

Lim,D. 1998. Microbiology, 2nd Edition. McGrow-hill book, New york.

Schegel, G.H. 1993. General Microbiologi seventh edition. Cambrige University Press, USA.

Suriawiria, U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Papas Sinar Sinanti, Jakarta.

Volk , W. A & Wheeler. M. F. 1993. Mikrobiologi Dasar Jilid 1 Edisi ke 5. Erlangga, Jakarta.

uji kepekaan kuman

ntibiotika adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman-kuman sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Para peneliti diseluruh dunia memperoleh banyak zat lain dengan khasiat antibiotik namun berhubung dengan adanya sifat toksis bagi manusia, hanya sebagian kecil saja yang dapat digunakan sebagai obat diantaranya adalah streptomycin® vial injeksi, Tetrasiklin® kapsul, Kanamicin® kapsul, Erytromicin® kapsul, Colistin® tablet, Cefadroxil® tablet dan Rifampisin® kapsul (Djide, 2003).

Antibiotika digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi akibat kuman atau juga untuk prevensis infeksi, msalnya pada pembedahan besar. Secara provilaktis juga diberikan pada pasien dengan sendi dan klep jantung buatan, juga sebelum cabut gigi. Jumlah antibiotika yang beredar dipasaran sekarang ini semakin banyak macamnya dan melonjak tinggi baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Antibiotika dalam penggunaannya membutuhkan waktu yang lama baik dalam penyimpanan dan peredarannya. Hal ini dapat menyebabkan potensi dari antibiotika menurun dan bahkan bisa hilang (Jawelz, 1995).

Pada tahun-tahun terakhir ini bakteri resisten telah memberi kenaikan terhadap letusan infeksi yang serius dengan banyak kematian. Hal ini telah membawa para ahli kepada suatu kebutuhan program Survei lance Nasional dan Internasional. Program ini nantinya digunakan untuk memonitor resistensi antibiotika terhadap Enterobacteriaceae dengan cara tes sensitivitas dengan menggunakan suatu metode yang dapat dipercaya yang akan menghasilkan data yang dapat dibandingkan (Dirjen POM, 2000).

Tujuan dari praktikum kali ini adalah agar praktikan mampu melakukan uji sensitivitas mikrobia terhadap kadar antibiotik dan menentukan uji resisten atau sensitif terhadap antibiotik yang diujikan.Antibiotik merupakan suatu zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain. Banyak antibiotik dewasa ini dibuat secara semisintetik atau sintetik penuh, akan tetapi dalam praktek sehari-hari antibiotik sintetik yang tidak diturunkan dari produk mikroba (misalnya sulfonamida dan kuinolon) juga sering digolongkan sebagai antibiotik (Ganiswarna, 1995).

Kegiatan antibiotika untuk pertama kalinya ditemukan oleh sarjana Inggris dr. Alexander Flemming pada tahun 1928 (penisilin). Penemuan ini baru dikembangkan dan dipergunakan dalam terapi di tahun 1941 oleh dr.Florey (Oxford) yang kemudian banyak zat lain dengan khasiat antibiotik diisolir oleh penyelidik-penyelidik di seluruh dunia, akan tetapi berhubung dengan sifat toksisnya hanya beberapa saja yang dapat digunakan sebagai obat (Djide, 2003).

Masa perkembangan kemoterapi antimikroba sekarang dimulai pada tahun 1935, dengan penemuan sulfonamida. Pada tahun 1940, diperlihatkan bahwa penisilin, yang ditemukan pada tahun 1929, dapat dibuat menjadi zat kemoterapi yang efektif. Selama 25 tahun berikutnya, penelitian kemoterapi sebagain besar berpusat sekitar zat antimikroba yang berasal dari mikroorganisme, yang dinamakan antibiotika (Tjay, 2003).

Suatu zat antimikroba yang ideal memiliki toksisitas selektif. Istilah ini berarti bahwa suatu obat berbahaya bagi parasit tetapi tidak membahayakan inang. Umumnya toksisitas selektif lebih bersifat relatif dan bukan absolut, ini berarti bahwa suatu obat yang pada konsentrasi tertentu dapat ditoleransi oleh inang namun dapat merusak parasit (Tjay, 2003).

Aktivitas mikroba dapat dikendalikan dengan mengatur faktor-faktor lingkungan yang meliputi faktor biotik (makhluk hidup dan mencakup adanya asosiasi atau kehidupan bersama antara mikroorganisme dapat dalam bentuk simbiose, sinergisme, antibiose, dan sintropisme) dan abiotik (temperatur, kelembaban, pH, radiasi, penghancuran secara mekanik) (Dwidjoseputro, 1994). Antibiotika yang ideal sebagai obat harus memenuhi syarat-syarat berikut (Jawelz, 1995):

1. Mempunyai kemampuan untuk mematikan atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang luas (broad spectrum antibiotic)

2. Tidak menimbulkan terjadinya resistensi dari mikroorganisme pathogen

3. Tidak menimbulkan pengaruh samping (side effect) yang buruk pada host, seperti reaksi alergi, kerusakan syaraf, iritasi lambung, dan sebagainya

4. Tidak mengganggu keseimbangan flora yang normal dari host seperti flora usus atau flora kulit.

for more please read this stuff:

Dirjen POM, 2000. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Dep.Kes RI, Jakarta.

Djide, M. N. 2003. Mikrobiologi Farmasi. Jurusan Farmasi UNHAS, Makassar.

Dwidjoseputro, D. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan, Jakarta.

Ganiswarna, S. G. 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Bagian Farmakologi-Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta.

ISFI, 2006. Informasi Spesialite Obat Indonesia Volume 41. PT. Anem Kosong Anem, Jakarta

Jawelz, M. A. 1995. Mikrobiologi Kedokteran (Medical Microbiology) Edisi 20. EGC, Jakarta.

Tjay, T. H. 2003. Obat-Obat Penting. PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.

perhitungan jumlah bakteri

Perhitungan jumlah suatu bakteri dapat melalui berbagai macam uji seperti uji kualitatif koliform yang secara lengkap terdiri dari tiga tahap yaitu uji penduga (uji kuantitatif, bisa dengan metode MPN), uji penguat dan uji pelengkap. Waktu, mutu sampel, biaya, tujuan analisis merupakan beberapa faktor penentu dalam uji kualitatif koliform. Bakteri koliform dapat dihitung dengan menggunakan metode cawan petri (metode perhitungan secara tidak langsung yang didasarkan pada anggapan bahwa setiap sel yang dapat hidup akan berkembang menjadi satu koloni yang merupakan suatu indeks bagi jumlah organisme yang dapat hidup yang terdapat pada sampel) seperti yang dilakukan pada percobaan ini (Penn, 1991).

Beratus-ratus spesies dapat menghuni bermacam-macam bagian tubuh kita, termasuk mulut, saluran pencernaan, dan kulit (Pelczar & Chan, 1986). Koliform merupakan kelompok bakteri yang digunakan sebagai indikator adanya polusi kotoran dan kondisi sanitasi yang tidak baik terhadap air, makanan dan produk-produk susu. Bakteri koliform dapat dibedakan atas dua kelompok yaitu koliform fekal (Escherchia coli) dan koliform non fekal (Enterobacter aerogenes) (Fardiaz, 1996).

Tujuan dari praktikum kali ini adalah agar praktikan mampu menghitung jumlah bakteri.Bakteri koliform adalah golongan bakteri intestinal, yaitu hidup dalam saluran pencernaan manusia. Bakteri koliform adalah bakteri indikator keberadaan bakteri patogenik lain dengan kata lain merupakan bakteri indikator sebagai tanda bahwa adanya pencemaran bakteri patogen. Penentuan koliform fecal menjadi indikator pencemaran dikarenakan jumlah koloninya pasti berkorelasi positif dengan keberadaan bakteri patogen. Keuntungan mendeteksi koliform adalah jauh lebih murah, cepat, dan sederhana daripada mendeteksi bakteri patogenik lain (Hadioetomo, 1993).

E. coli adalah bakteri koliform yang ada pada kotoran manusia, maka E. coli sering disebut sebagai koliform fekal. Pengukuran kuantitatif populasi mikroorganisme sangat diperlukan untuk berbagai macam penelaahan mikrobiologis. Berbagai macam cara dapat dilakukan untuk menghitung jumlah mikroorganisme, akan tetapi secara mendasar, ada dua cara yaitu secara langsung dan secara tidak langsung. Ada beberapa cara perhitungan secara langsung, antara lain adalah dengan membuat preparat dari austu bahan (preparat sederhana diwarnai atau tidak diwarnai) dan penggunaan ruang hitung (counting chamber). Sedangkan perhitungan cara tidak langsung hanya untuk mengetahui jumlah mikroorganisme pada suatu bahan yang masih hidup saja (viabel count). Dalam pelaksanaannya, ada beberapa cara yaitu : perhitungan pada cawan petri (total plate count / TPC), perhitungan melalui pengenceran, perhitungan jumlah terkecil atau terdekat (MPN methode), dan kalorimeter (cara kekeruhan atau turbidimetri) (Sutedjo, 1991).

Jumlah masing-masing cawan diamati setelah inkubasi, cawan yang dipilih untuk penghitungan koloni ialah yang mengandung antara 30 sampai 300 koloni, karena jumlah mikroorganisme dalam sampel tidak diketahui sebelumnya, maka untuk memperoleh sekurang-kurangnya satu cawan yang mengandung koloni dalam jumlah yang memenuhi syarat tersebut maka harus dilakukan sederetan pengenceran dan pencawanan. Jumlah organisme yang terdapat dalam sampel asal ditentukan dengan mengalikan jumlah koloni yang terbentuk dengan faktor pengenceran pada cawan yang bersangkutan (Penn, 1991). Metode perhitungan MPN sering digunakan dalam pengamatan untuk menghitung jumlah bakteri yang terdapat di dalam tanah seperti Nitrosomonas dan Nitrobacter. Kedua jenis bakteri ini memegang peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman, sehubungan dengan kemampuannya dalam mengikat N2 dari udara dan mengubah amonium menjadi nitrat (Sutedjo, 1991).

kinetika adsorbsi

Adsorpsi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu adsorpsi fisika (disebabkan oleh gaya Van Der Waals (penyebab terjadinya kondensasi gas untuk membentuk cairan) yang ada pada permukaan adsorbens) dan adsorpsi kimia (terjadi reaksi antara zat yang diserap dengan adsorben, banyaknya zat yang teradsorbsi tergantung pada sifat khas zat padatnya yang merupakan fungsi tekanan dan suhu) (Atkins, 1997).

Adsorbens yang paling banyak dipakai untuk menyerap zat-zat dalam larutan adalah arang. Zat ini banyak dipakai di pabrik untuk menghilangkan zat-zat warna dalam larutan. Penyerapan bersifat selektif, yang diserap hanya zat terlarut atau pelarut sangat mirip dengan penyerapan gas oleh zat padat. (Brady, 1999).

Besar kecilnya adsorpsi dipengaruhi macam adsorban, macam zat yang teradsorpsi, konsentrasi adsorben dan zat, luas permukaan, temperatur dan tekanan zat yang teradsorpsi (Atkins, 1997).

Adsorpsi digunakan untuk menyatakan bahwa ada zat lain yang terserap pada zat itu, misalnya karbon aktif dapat menyerap molekul-molekul asam asetat dalam larutannya. Tiap partikel adsorban dikelilingi oleh molekul yang diserap karena terjadi interaksi tarik-menarik. Zat-zat yang terlarut dapat diadsorpsi oleh zat padat, misalnya CH3COOH oleh karbon aktif, NH3 oleh karbon aktif, fenolftalein dari larutan asam atau basa oleh karbon aktif, Ag+ atau Cl- oleh AgCl. C lebih baik menyerap non elektrolit dan makin besar BM semakin baik. Zat anorganik lebih baik menyerap elektrolit. Adanya pemilihan zat yang diserap menyebabkan timbulnya adsorpsi negatif. Dalam larutan KCl, H2O diserap oleh arang darah, hingga konsentrasi naik (Sukardjo, 1989).

Dengan mengukur perubahan konsentrasi asam asetat sebagai fungsi waktu dan menganalisnya dengan harga k (konstanta kecepatan adsorpsi) atau dengan grafik maka kinetika adsorpsi karbon aktif terhadap asam asetat dapat ditentukan (Brady, 1999)

analisis anion

yuhu all..thanks udah mo mampir..kimia?kimia analisis?kimia farmasi analisis?puyeng?puyeng boleh, tapi jangan pantang menyerah..nih gue kasih hasil dari skrinning berbagai buku yang gue pinjem ma temen tentang ANALISIS ANION..semoga bermanfaat ya..Amin

Kemungkinan adanya Anion dapat diperkirakan dengan mengetahui kepastian kation apa saja yang terdapat dalam larutan sampel pada percobaan terdahulu yaitu Percobaan Analisis Kation.

Pengujian antara reaksi asam sulfat encer dan pekat merupakan salah satu cara untuk mengetahui anion apa saja yang terdapat dalam larutan sampel. Hal tersebut dikarenakan asam sulfat yang merupakan asam kuat mampu mendesak anion lemah keluar dari senyawanya. Sebagai contoh, larutan yang mengandung garam karbonat akan keluar dan terurai menjadi air dan gas karbondioksida dengan bantuan asam sulfat yang mendesak asam karbonat.

Dengan memperhatikan daftar kelarutan berbagai garam dalam air dan pelarut yang lain, jenis anion yang terdapat dalam larutan bisa diperkirakan. Misalnya garam sulfida tidak larut dalam asam, garam karbonat tidak larut dalam sulfida.

Untuk mendeteksi anion tidak diperlukan metode sistematik seperti pada kation. Anion dapat dipisahkan dalam golongan-golongan utama, bergantung pada kelarutan garam peraknya, garam kalsium atau bariumnya, dan garam zinknya. Namun, ini hanya dianggap berguna untuk memberi indikasi dari keterbatasan pada metode ini. (Vogel, 1985)

Proses-proses yang dipakai dapat dibagi kedalam (A) proses yang melibatkan identifikasi produk-produk yang mudah menguap, dan (B) proses yang bergantung pada reaksi-reaksi dalam larutan. (Vogel, 1985)

Secara kasar, reagensia atau pereaksi yang dapat dipakai adalah:

a. Zat kimia kualitas teknis.

b. Reagensia C.P, seringkali jauh lebih murni daripada reagensia U.S.P.

c. Reagensia U.S.P yaitu memenuhi persyaratan kemurnian yang ditetapkan oleh United States Pharmacopoeia.

d. Zat kimia bermuu ragensia (reagent-grade) memenuhi spesifikasi yang ditetapkan oleh Komite Reagensia Analitis dari Masyarakat Kimia Amerika Serikat. (Underwood, 1986)

Pengujian anion dalam larutan hendaknya dilakukan menurut urutan:

1. Uji sulfat

2. Uji untuk zat pereduksi

3. Uji untuk zat pengoksid

4. Uji dengan larutan perak nitrat

5. Uji dengan larutan Kalsium klorida

6. Uji dengan larutan besi (III) klorida. (Vogel, 1985)

Untuk keperluan sampel didihkan dengan larutan Na2CO3 jenuh, praktis semua ion logam mengendap sebagai karbonat, dan filtrat atau ekstrak soda (ES) dipakai untuk pengujian anion.

1. Kelompok Nitrat

2. Kelompok Sulfat

3. Kelompok Halogenida

4. Kelompok lain. (Rahmad, 2004)

***klo mo liat buku nya langsung, lo bisa liat di:

Day, R.A dan Underwood A.L, 1986, Analisis Kimia Kuantitatif, Erlangga, Jakarta.

Yunus, Rahmat, 2004, Diktat Kimia Analitik I, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru.

Vogel, 1985, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro Bagian I, PT. Kalman Media Pusaka, Jakarta.

analisis kation

here we go..now its time to posting pasangannya ANION, yaitu kation…Maha Besar Allah yang menciptakan mahluk selalu berpasangan..mahluk?mahluk kan ada2, mahluk hidup dan mahluk tak hidup (pocong?)..aaahhhhhh, udah langsung aj..

Metode dalam melakukan analisis kualitatif ini dilakukan secara konvensional, yaitu memakai cara visual yang berdasarkan kelarutan

Pengujian kelarutan dilakukan pertama-tama dengan mengelompokkan ion-ion yang mempunyai kemiripan sifat. Pengelompokkan dilakukan dalam bentuk pengendapan dimana penambahan pereaksi tertentu mampu mengendapkan sekelompok ion-ion. Cara ini menghasilkan 6 kelompok yang namanya disesuaikan dengan pereaksi pengendap yang digunakan untuk mengendapkan kelompok ion tersebut.

Kelompok ion-ion tersebut adalah: golongan klorida (I), golongan sulfide (II), golongan hidroksida (III), golongan sulfide (IV), golongan karbonat (V), dan golongan sisa (VI).

Yang berarti pada golongan I yang dihasilkan adalah endapan klorida, golongan II menghasilkankan sejumlah endapan garam sulfida, golongan III menghasilkan endapan hidroksida, golongan IV menghasilkan endapan sulfida yang larut dalam asam klorida, dan golongan V menghasilkan endapan karbonat.

Kimia analisis secara garis besar dibagi dalam dua bidang yang disebut analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif membahas identifikasi zat-zat. Urusannya adalah unsur atau senyawaan apa yang terdapat dalam suatu sampel atau contoh. Pada pokoknya tujuan analisis kualitatif adalah memisahkan dan mengidentifikasi sejumlah unsur Analisis kuantitatif berurusan dengan penetapan banyak suatu zat tertentu yang ada dalam sampel atau contoh (Underwood, 1986).

Analisis kualitatif membahas tentang pengidentifikasian za-zat yang terdapat dalam suatu sampel. Tujuan utama analisis kualitatif adalah memisahkan dan mengidentifikasi sejumlah unsur. (Underwood, 1986)

Klasifikasi kation yang paling umum didasarkan pada perbedaan kelarutan dari klorida, sulfida, dan karbonat kation tersebut. Kation diklasifikasikan dalam 5 golongan berdasarkan sifat-sifat kation tersebut terhadap beberapa reagensia. (Vogel, 1990)

Golongan-golongan kation memiliki ciri-ciri khas, yaitu:

- golongan I: membentuk endapan dengan asam klorida encer, ion-ion yang termasuk dalam golongan ini adalah timbal, raksa, dan perak.

- golongan II: membentuk endapan dengan hydrogen sulfide dalam suasana asam mineral encer. Ion-ion yang termasuk dalam golongan ini adalah merkurium (II), tembaga, cadmium, bismuth, stibium, timah.

- golongan III: membentuk endapan dengan ammonium sulfide dalam suasana netral. Kation golongan ini antara lain nikel, besi, kromium, aluminium, seng, mangan, dan kobalt.

- golongan IV: membentuk endapan dengan ammonium karbonat dengan adanya ammonium klorida dalam suasana netral atau sedikit asam.

- golongan V: disebut juga golongan sisa karena tidak bereaksi dengan reagensia-reagensia golongan sebelumnya. Ion kation yang termasuk dalam golongan ini antara lain magnesium, natrium, kalium. Ammonium, litium, dan hydrogen. (Vogel, 1990).

Suatu pereaksi menyebabkan sebagian kation mengendap dan sebagian larut, maka setelah dilakukan penyaringan terhadap endapan tebentuk dua kelompok campuran yang massa masing-masingnya kurang dari campuran sebelumnya. Reaksi yang terjadi saat pengidentfikasian menyebabkan terbentuknya zat-zat baru yang berbeda dari zat semula dan berbeda sifat fisiknya. (Harjadi, 1993).

*** nih nama2 bukunya:

Harjadi, W. 1993.Ilmu kimia analitik Dasar .Erlangga. Jakarta.

Underwood & R.A Day. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga. Jakarta

Vogel. 1990. Analisis Anorganik Kualitatif. PT. Kalman Media Pustaka. Jakarta.

asidi alkalimetri

Salah satu analisis titrimetri yang melibatkan asam basa adalah asidi alkalimetri. Titrasi asam basa sangat berguna dalam dunia kefarmasian terutama untuk reaksi-reaksi dalam pembuatan obat. Oleh karena itu asidi alkalimetri sangat perlu untuk dipelajari..

Salah satu dari empat golongan utama dalam penggolongan analisis titrimetri adalah reaksi penetralan atau asidimetri dan alkalimetri. Asidi dan alkalimetri ini melibatkan titrasi basa yang terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah (basa bebas) dengan suatu asam standar (asidimetri), dan titrasi asam yang terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah (asam bebas) dengan suatu basa standar (alkalimetri). Bersenyawanya ion hidrogen dan ion hidroksida untuk membentuk air merupakan akibat reaksi-reaksi tersebut (Basset, J, 1994).

Larutan yang mengandung reagensia dengan bobot yang diketahui dalam suatu volume tertentu dalam suatu larutan disebut larutan standar. Sedangkan larutan standar primer adalah suatu larutan yang konsentrasinya dapat langsung ditentukan dari berat bahan sangat murni yang dilarutkan dan volume yang terjadi. Suatu zat standar primer harus memenuhi syarat seperti dibawah ini:

1.Zat harus mudah diperoleh, mudah dimurnikan, mudah dikeringkan (sebaiknya pada suhu 110-120oC).

2.Zat harus mempunyai ekuivalen yang tinggi, sehingga sesatan penimbangan dapat diabaikan.

3.Zat harus mudah larut pada kondisi-kondisi dalam mana ia digunakan.

4.Zat harus dapat diuji terhadap zat-zat pengotor dengan uji-uji kualitatif atau uji-uji lain yang kepekaannya diketahui (jumlah total zat-zat pengotor, umumnya tak boleh melebihi 0,01-0,02 %).

5.Reaksi dengan larutan standar itu harus stoikiometrik dan praktis sekejap. Sesatan titrasi harus dapat diabaikan, atau mudah ditetapkan dengan cermat dengan eksperimen.

6.Zat harus tak berubah dalam udara selama penimbangan; kondisi-kondisi ini mengisyaratkan bahwa zat tak boleh higroskopik, tak pula dioksidasi oleh udara, atau dipengaruhi oleh karbondioksida. Standar ini harus dijaga agar komposisinya tak berubah selama penyimpanan.

Natrium karbonat Na2CO3, natrium tetraborat Na2B4O7, kalium hydrogen iodat KH(IO3)2, asam klorida bertitik didih konstan merupakan zat-zat yang biasa digunakan sebagai standar primer. Sedangkan standar sekunder adalah suatu zat yang dapat digunakan untuk standarisasi yang kandungan zat aktifnya telah ditemukan dengan perbandingan terhadap suatu standar primer (Basset, J, 1994).

Proses penambahan larutan standar sampai reaksi tepat lengkap, disebut titrasi. Titik (saat) mana reaksi itu tepat lengkap, disebut titik ekuivalen (setara) atau titik akhir teoritis. Lengkapnya titrasi, lazimnya harus terdeteksi oleh suatu perubahan, yang tak dapat di salah lihat oleh mata, yang dihasilkan oleh larutan standar (biasanya ditambahkan dari dalam sebuah buret) itu sendiri, atau lebih lazim lagi, oleh penambahan suatu reagensia pembantu yang dikenal sebagai indikator (Basset, J, 1994).

Berbagai indikator mempunyai tetapan ionisasi yang berbeda dan akibatnya mereka menunjukkan warna pada range pH yang berbeda (Keenan, 2002).

Fenolphtalein tergolong asam yang sangat lemah dalam keadaan yang tidak terionisasi indikator tersebut tidak berwarna. Jika dalam lingkungan basa fenolphtalein akan terionisasi lebih banyak dan memberikan warna terang karena anionnya (Day, 1981).

Metil jingga adalah garam Na dari suatu asam sulphonic di mana di dalam suatu larutan banyak terionisasi, dan dalam lingkungan alkali anionnya memberikan warna kuning, sedangkan dalam suasana asam metil jingga bersifat sebagai basa lemah dan mengambil ion H+, terjadi suatu perubahan struktur dan memberikan warna merah dari ion-ionnya (Day, 1981).

Campuran karbonat dan hidroksida, atau karbonat dan bikarbonat, dapat ditetapkan dengan titrasi dengan menggunakan indikator fenolphtalein dan jingga metil (Day, 1981).

Biasanya ion karbonat dititrasi sebagai suatu basa dengan suatu asam kuat sebagai titran, dalam hal mana akan diperoleh dua patahan yang cukup nyata, yang berpadanan dengan reaksi :

CO32- + H3O+ HCO3- + H2O

HCO3- + H3O+ H2CO3- + H2O

*** for the hardest n user who wants most n more, please read:

Bassett, J. dkk., 1991, Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Day, RA dan A.L Underwood, 1981, Analisa Kimia Kuantitatif, Erlangga, Jakarta.

Keenan, Charles W. dkk., 1991, Ilmu Kimia untuk Universitas Jilid I, Erlangga, Jakarta.

Tim Penyusun, 1979. Farmakope Indonesia Ed. III. Depkes RI. Jakarta

nitrimetri

Seorang farmasis dituntut untuk menguasai berbagai metode yang digunakan untuk penetapan kadar maupun pembakuan suatu bahan atau menganalisis senyawa obat. Salah satu metodenya yaitu nitrimetri yang termasuk dalam metode titrasi volumetri. Nitrimetri umumnya digunakan untuk penetapan sebagian besar obat sulfonamida dan obat-obat lain yang sesuai penggunaannya.

Teori Singkat (sumpah!!!!singkat banget.. :D )

Penetapan kadar zat dengan jalan titrasi mengunakan natrium nitrit sebagai titran dinamakan nitrimetri. Titrasi ini digunakan untuk penetapan kadar amina primer aromatik berdasarkan reaksi pembentukan garam diazonium dengan asam nitrit pada suhu di bawah 15oC. Dalam kondisi terkontrol, reaksi tersebut berlangsung secara kuantitatif. Oleh karena reaksi tersebut tidak begitu cepat maka titrasi dilakukan perlahan-lahan. Untuk menjaga suhu di bawah 15oC dapat digunakan pecahan es atau sirkulator. Di atas 15oC, garam diazonium yang terbentuk akan terhidrolisa menjadi fenol (Khopkhar, 1990).

Akhir titrasi atau Titik akhir tercapai ditandai dengan terjadinya warna biru seketika dan hal itu dapat ditunjukkan kembali setelah dibiarkan selama 1 menit. Reaksi yang terjadi pada titik akhir dapat ditulis sebagai berikut:

NaNO2 + HCl NaCl + HNO2

KI + HCl HI + KCl

HI + 2 HNO2 I2 + 2 NO + 2 H2O

I2 + amilum iod-amilum (biru)

(Harjadi, 1993).

Titik akhir titrasi ditentukan secara visual dengan menggunakan kertas kanji iodida P atau pasta kanji iodida P (Underwood, 1999).

Karena mempunyai bobot ekivalen yang sama karena jenis reaksi yang terjadi sama, larutan titer natrium nitrit konsentrasinya dinyatakan dalam molar yaitu setiap satu mol senyawa yang mengandung gugus amin primer aromatik setara dengan satu mol NaNO2 membentuk garam diazonium. (Underwood, 1999).

kompleksometri

Salah satu cara penetapan kadar suatu ion logam berdasarkan terbentuknya suatu senyawa kompleks antar ion logam dengan senyawa pembentuk kompleks ialah dengan kompleksometri (oh ya???). Senyawa pembentuk kompleks sebagai donor elektron sedangkan ion logam yang bertindak sebagai akseptor elektron. Dalam larutan alkali, pembentukan kompleks lebih efisien dan lebih stabil. Namun, jika terlalu alkali, perlu diwaspadai akanterbentuknya endapan logam teroksidasi.

Liganda unidentat adalah liganda (molekul donor elektron) yang ikantannya pada ion logam hanya pada satu tempat saja, jika terdapat pada banyak tempat disebut liganda poli/multiudentat seperti dinatrium EDTA (senyawa yang dengan banyak kation membentuk kompleks dengan perbandingan 1 : 1). Umumnya, indikator yang digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah indikator logam yang mempunyai stabilitas yang lebih kecil dari dinatrium EDTA-logam dan bersifat sebagai liganda yang membentuk kompleks-logam yang warnanya berbeda dengan warnanya sendiri.

TEORIe jang seSINGKAT-jingkatnya

Persyaratan mendasar dalam titrasi kompleksometri ialah terbentuknya kompleks molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan adalah kelarutan tingkat tinggi, seperti kompleks logam dengan EDTA. Demikian juga titrasi dengan merkuro nitrat dan perak sianida juga dikenal sebagai titrasi kompleksometri (Khopkar, 1990).

Daerah di sekitar ion logam pusat di mana ligand-ligand (valensi tambahan bertanggung jawab dalam ikatan dengan gugus koordinasi) ditemukan dinamakan lengkung koordinasi (Petrucci, 1985).

Terbentuknya ikatan kovalen parsial dengan ligand diakibatkan oleh adanya interaksi antara ion logam pusat dengan ligand yang melibatkan pembagian pasangan elektron bebas ion logam pada tiap molekul ligand. Ion kompleks seperti ini mempunyai warna gelap namun mencolok (Oxtoby, 2001).

M(H2)n + L M(H2O)(n-1)L + H2O

Di persamaan tersebut, ligand L dapat berupa sebuah molekul netral atau sebuah ion bermuatan, dengan penggantian molekul-molekul air berturut-turut selanjutnya dapat terjadi, sampai terbentuk kompleks MLn, di mana n adalah bilangan koordinasi dari ion logam itu, dan menyatakan jumlah maksimum ligand monodentat yang dapat terikat padanya (Vogel, 1994).

Dengan efek sepit, kompleks-kompleks yang dibentuk ion asetat memililki kestabilan Yang rendah dengan hampir semua kation polivalen, dan akan menjadi jauh lebih kuat karena terbentuk oleh kebanyakan kation logam. Asam-asam aminopoli karboksilat merupakan zat-zat pengompleks yang baik sekali (Vogel, 1994).

permanganometri

Penetapan kadar zat dalam praktek ini berdasarkan reaksi redoks dengan KMnO4 atau dengan cara permanganometri. Hal ini dilakukan untuk menentukan kadar reduktor dalam suasana asam dengan penambahan asam sulfat encer, karena asam sulfat tidak bereaksi terhadap permanganat dalam larutan encer.Pembakuan KMnO4 dibuat dengan melarutkan KMnO4 dalam sejumlah air, dan mendidihkannya selama beberapa jam dan kemudian endapan MnO2 disaring. Endapan tersebut dibakukan dengan menggunakan zat baku utama, yaitu natrium oksalat. Larutan KMnO4 yang diperoleh dibakukan dengan cara mentitrasinya dengan natrium oksalat yang dibuat dengan pengenceran kristalnya pada suasana asam. Pada pembakuan larutan KMnO4 0,1 N, natrium oksalat dilarutkan kemudian ditambahkan dengan asam sulfat pekat, kemudian dititrasi dengan KMnO4 sampai larutan berwarna merah jambu pucat. Setelah didapat volume titrasi, maka dapat dicari normalitas KMnO4.

TEORI SINGKAT (suer!!ini juga singkat banget..nanti ditambah klo ada waktu..Insyallah..atau ada yang mau nambahin?)

Pada permanganometri, titran yang digunakan adalah kalium permanganat. Kalium permanganat mudah diperoleh dan tidak memerlukan indikator kecuali digunakan larutan yang sangat encer serta telah digunakan secara luas sebagai pereaksi oksidasi selama seratus tahun lebih.. Setetes permanganat memberikan suatu warna merah muda yang jelas kepada volume larutan dalam suatu titrasi. Warna ini digunakan untuk menunjukkan kelebihan pereaksi (Day, 1980).

Kalium permangatat sukar diperoleh secara sempurna murni dan bebas sama sekali dari mangan oksida. Lagipula, air suling yang biasa mungkin mengandung zat-zat pereduksi yang akan bereaksi dengan kalium permanganat dengan membentuk mangan dioksida serta bukanlah suatu larutan standar primer (Basset, 1994).

Kalium permangatat merupakan oksidator kuat dalam larutan yang bersifat asam lemah, netral atau basa lemah. Dalam larutan yang bersifat basa kuat, ion permanganat dapat tereduksi menjadi ion manganat yang berwarna hijau (Rivai, 1995).

Titrasi harus dilakukan dalam larutan yang bersifat asam kuat karena reaksi tersebut tidak terjadi bolak balik, sedangakan potensial elektroda sangat tergantung pada pH (Rivai, 1995).

Kalium Permanganat distandarisasikan dengan menggunakan natrium oksalat atau sebagai arsen (III) oksida standar-standar primer (Basset, 1994).

Reaksi yang terjadi pada proses pembakuan kalium permanganat adalah:

5C2O4- + 2MnO4- + 16H+ 10CO2 + 2Mn2+ + 8H2O

Akhir titrasi ditandai dengan timbulnya warna merah muda yang disebabkan kelebihan permanganat (Rivai, 1995).

kalorimeter

Energi mekanik akibat gerakan partikel materi dan dapat dipindah dari satu tempat ke tempat lain disebut kalor. (Syukri S, 1999).

Pengukuran jumlah kalor reaksi yang diserap atau dilepaskan pada suatu reaksi kimia dengan eksperimen disebut kalorimetri. Dengan menggunakan hukum Hess, kalor reaksi suatu reaksi kimia dapat ditentukan berdasarkan data perubahan entalpi pembentukan standar, energi ikatan dan secara eksperimen. Proses dalam kalorimeter berlangsung secara adiabatik, yaitu tidak ada energi yang lepas atau masuk dari luar ke dalam kalorimeter. (Petrucci,1987).

Kalor yang dibutuhkan untuk menaikan suhu kalorimeter sebesar 1 0C pada air dengan massa 1 gram disebut tetapan kalorimetri (Petrucci,1987). Dalam proses ini berlaku azas Black yaitu:

q lepas = q terima

q air panas = q air dingin + q kalorimeter

m1 c (Tp – Tc) = m2 c (Tc – Td) + C(Tc – Td)

keterangan:

m1 = massa air panas m2 = massa air dingin

c = kalor jenis air C = kapasitas kalorimeter

Tp = suhu air panas Tc = suhu air campuran

Td = suhu air dingin

Sedang hubungan kuantitatif antara kalor dan bentuk lain energi disebut termodinamika. Termodinamika kimia dapat didefinisikan sebagai cabang kimia yang menangani hubungan kalor, kerja, dan bentuk lain energi dengan kesetimbangan dalam reaksi kimia dan dalam perubahan keadaan (Keenan, 1980).

Hukum pertama termodinamika menghubungkan perubahan energi dalam suatu proses termodinamika dengan jumlah kerja yang dilakukan pada sistem dan jumlah kalor yang dipindahkan kesistem (Petrucci, 1987)

Hukum kedua termodinamika yaitu membahas tentang reaksi spontan dan tidak spontan. Proses spontan yaitu reaksi yang berlangsung tanpa pengaruh luar. Sedangakan reaksi tidak spontan tidak terjadi tanpa bantuan luar.

Hukum ketiga termodinamika menyatakan bahwa entropi dari kristal sempurna murni pada suhu nol mutlak ialah nol. Kristal sempurna murni pada suhu nol mutlak menunjukkan keteraturan tertinggi yang dimungkinkan dalam sistem termodinamika. Jika suhu ditingkatkan sedikit diatas 0 K, entropi meningkat. Entropi mutlak selalu mempunyai nilai positif (Petrucci, 1987)

Kalor reaksi dapat diperoleh dari hubungan massa zat (m), kalor jenis zat (c) dan perubahan suhu (?T), yang dinyatakan dengan persamaan berikut

q = m . c . ?T

silikon

Silikon (polysiloxan) adalah polimer inorganik yang terdiri dari komponen penyusun silikon-oksigen (…-Si-O-Si-O-Si-O-…). Beberapa “side group” organik dapat digunakan untuk menghubungkan dua atau lebih tulang belakang -Si-O- ini. Dengan memvariasikan panjang rantai -Si-O-, “side group”, dan penghubung silang, silikone dapat disintesis menjadi beberapa jenis material, seperti, cairan, gel, dan karet (Anonim2, 2007).

Jenis paling umum adalah polydimethylsiloxane linear atau PDMS. Grup terbesar kedua dari material silikone berdasar pada resin silikone yang terbentuk oleh oligosiloxanes yang bercabang dan berbentuk-kandang (Anonim2, 2007).

Silikone tak berbau, tak berwarna, tahan air, tahan kimia, tahan oksidasi, stabil pada suhu tinggi, dan bukan konduktor listrik. Dia memiliki banyak kegunaan, seperti pelumas, lem, penyegel, gasket sampai implantasi buah dada (kontroversi besar muncul pada 1990-an yang mengkhawatirkan silikon dalam implantasi buah dada dapat menyebabkan beberapa penyakit) (Anonim2, 2007).

Elastomer silikon merupakan polimer sintesis yang masih relatif baru penggunaannya sebagai material isolasi polimer pada isolator listrik tegangan tinggi/ekstra tinggi pasangan luar (outdoor). Terdapat beberapa keuntungan yang dimiliki material isolasi polimer diantaranya ringan, memiliki sifat dielektrik, resistivitas volume, sifat termal, kekuatan mekanik yang lebih baik dan tahan gempa serta mudah penanganannya dibandingkan material konvensional (porselen/keramik dan gelas). Salah satu sifat yang menjadikan elastomer silikon sangat populer dan lebih unggul sebagai material isolasi dibanding porselen dan gelas maupun jenis polimer lainnya adalah sifat menolak air atau hidrofobik (hydrophobic). Selain itu material ini juga mampu mempengaruhi lapisan polusi yang menempel di permukaannya ikut bersifat hidrofobik. Fenomena ini disebut transfer hidrofobik. Sifat hidrofobik dan kemampuannya mentransfer sifat tersebut ke lapisan polusi sangat bermanfaat bagi isolator listrik pasangan luar karena dalam kondisi lembab, basah/hujan tidak akan memberi peluang terbentuknya lapisan air yang kontinu sehingga konduktivitas permukaan isolator tetap rendah. Dengan demikian arus bocor (leakage current) yang terjadi sangat kecil (Kibbie, 2000).

Struktur kimia elastomer silikon terdiri dari tulang punggung ikatan dari bahan anorganik (silikon dan.oksigen) yang tahan terhadap penuaan, namun ikatan samping yang terdiri darn bahan organik (karbon dan hidrogen) dapat mengalami degradasi oleh terpaan dari berbagai faktor iklim seperti temperatur tinggi, kelembaban/hujan serta radiasi ultraviolet dengan intensitas tinggi sebagaimana yang dijumpai di daerah beriklim tropis seperti di Indonesia. Terpaan iklim tropis secara simultan pada isolasi elastomer silikon kemungkinan akan mengakibatkan degradasi sifatsifatnya, yang ditandai dengan perubahan warna, perubahan sifat dielektrik dan menghilangnya sifat hidrofobik, serta munculnya arus bocor yang terus meningkat sehingga pada akhirnya terjadi keretakan (tracking) dan erosi yang akan memperpendek umur isolator. Kajian ke arah perbaikan yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja isolator terhadap kondisi tertentu terus dilakukan oleh berbagai peneliti dengan mencari metode vulkanisasi, jenis dan level ambang dosis bahan pengisi (filler). Adanya komposisi bahan pengisi berdosis tinggi pada elastomer silikon dapat meningkatkan kekuatan mekanis dan kestabilan sifat termalnya, akan tetapi dapat pula mengurangi sifat dielektriknya, melemahkan proses pemulihan dan kekuatan transfer sifat hidrofobik serta lebih sulit proses pencetakannya. Oleh karena itu yang menjadi sasaran khusus dan target utama rangkaian penelitian ini adalah mempelajari metode vulkanisasi dan mendapatkan komposisi dosis bahan pengisi yang memberikan kinerja optimal bagi elastomer silikon sebagai bahan isolator tegangan tinggi pasangan luar di daerah beriklim tropis (Anonim2, 2007).

Telah diketahui bahwa pada botol terdapat kandungan berupa silikon dioksida (SiO2), Al2O3, Fe2O3, Cr2O3, CaO, MgO, BaO, Na2O, 1(20, PbO, dan B2O3. Silikon dioksida (SiO2) merupakan komponen utama botol yang berkisar 70%. Dengan menggunakan proses daur ulang yang efisien, limbah botol ini akan diekstraksi menghasilkan SiO2. Proses daur ulang limbah gelas ini menggunakan metode alkalifusion. Metode alkalifusion dipilih karena temperatur pembakaran yang dibutuhkan relatif rendah yaitu minimal 550°C daripada metode carbonitefusion yang memerlukan temperatur 900°C. Proses daur ulang ini menggunakan golongan alkali yaitu NaOH. NaOH berfungsi untuk membongkar ikatan kimia yang ada di gelas dengan cara memanaskan pecahan gelas dan NaOH secara bersama-sama pada suhu 550-600°C selama 2 jam, sehingga senyawa SiO2 dapat dipisahkan dengan senyawa lain seperti Fe, Al, Mg, dan lain-lain melalui mekanisme reaksi kimia.Dari hasil percobaan dan analisis menggunakan metode gravimetry maka didapatkan kandungan SiO2 terbesar 96.2 % dari ekstraksi limbah gelas berwarna hijau. Peningkatan temperatur pembakaran menyebabkan kemurnian SiO2 akan semakin baik. Sedangkan wama gelas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kemurnian silika. Ekstraksi silika dari limbah gelas dilakukan mengingat silika merupakan senyawa yang sangat penting dan banyak digunakan dalam industri gelas dan keramik, serta dalam industri elektronika yang digunakan sebagai bahan pembuatan circuit boards, semi konduktor, dan piezoelektrik (Anonim2, 2007).

*Sumber:

Anonim1, 2007. http://www.wikipedia.com/wikipedia, the free encyclopedia/Polyurethanes.htm/

Anonim2, 2007. http://www.wikipedia.com/wikipedia, the free encyclopedia/Silikone.htm/

Kibbie, A. H., Ph.D., 2000. Handbook of Pharmaceutical Excipients. Third Edition. Pharmaceutical Press London, UK, Washington, D. C.

Nazarudin, H. H., 2007. http://www.situswebkimiaindonesia.com/Poliuretan, Polimer Serba Bisa.htm

http://www.theuniversityofsouthernmississippi.com/Polyurethanes.htm/

mencontek ...........

Ehm.. Ni postingan bakalan kaya Pisau Bermata Dua. Tanya Kenapa? Disatu sisi membantu, disatu sisi lagi bisa-bisa saya kena marah.. Yang penting niatnya kan? :D Postingan ini mungkin berguna buat Dosen/Guru yang kebetulan baca sehingga dapat mengantisipasi. Namun, juga berguna buat Mahasiswa/Siswa yang kebetulan Dosen/gurunya nggak baca Tips Hebat ini :evil:

So, kesepakatan dulu nih, resiko ditanggung penumpang ya? [kaya tukang kelotok (sejenis perahu dalam bahasa Banjar) aja]

Mencontek

Kata yang satu ini pasti udah gak asing banget di telinga kalian semua, terutama para pelajar atawa Mahasiswa. Ya. siapa sih yang gak pernah nyontek? Saat ini mencontek sudah dianggap sebagai salah satu alternatif yang paling jitu banget jika kita gak bisa menjawab soal, terutama pada saat ulangan atau ujian (hanya “sebagian” orang yang berpendapat seperti ini, yang jujur juga banyak koq :D ). Tapi, penuh resiko!!! Gimana aja sih, cara kiat-kiat sukses mengantisipasi mencontek, dan apa aja resikonya? Nah! Beruntung banget kamu Dosen/Guru atau -Anda para Pahlawan tanpa tanda jasa- yang baca artikel ini, karena ini bakalan berguna banget buat kalian, khususnya pada saat musim ulangan atau midtest atau juga final test.

Sebelum kita mempelajari segala macam trik-trik jitu mencontek, gak ada salahnya kalo kita mengenal definisi dan pengertian mencontek. Mencontek adalah suatu usaha yang kebanyakan dilakukan oleh para pelajar SD, SMP, SMA, maupun mahasiswa untuk melihat buku catatan, buku panduan, ataupun menyalin pekerjaan teman secara sembunyi-sembunyi guna mendapatkan jawaban dari mata pelajaran yang diujikan. Seperti halnya kegiatan yang lain, mencontek adalah salah satu kegiatan yang penuh resiko. Jadi, mencontek harus dilakukan secara sembunyi-sembunyi, agar tidak ketahuan sama guru atau Dosen.

Gimana seh, cara mencontek yang baik dan benar??? Mencontek adalah salah satu kegiatan untuk mendapatkan jawaban. Bisa dilakukan dengan mencontek buku, maupun dengan mencontek pekerjaan teman. Untuk menjadi pecontek yang handal, kalian harus melakukannya dengan sungguh-sungguh. Untuk mendapatkan jawaban, cara yang umum sekali digunakan di kalangan siswa adalah (PERHATIAN, untuk kalangan teknisi pengajar, monggo dirumuskan sendiri cara mengantisipasi cara-cara dibawah ini):

Berikut beberapa caranya:

1. Rangkum dulu semua materi pokok dalam kertas kecil, lalu beli pulpen biasa yang warnanya item, nach kertas tadi masukin kedalam pulpen tersebut. Dijamin tuch contekan pasti lolos masuk ke ruangan. Tinggal usaha dech, cari sela untuk buka contekannya.
2. Trik Berikutnya cuma bisa diterapkan untuk yang berkerudung saja, [maaf bukannya mendiskreditkan yang berkerudung]. Modalnya lumayan mahal, (harus punya MP3 player). Rekam semua pelajaranmu di MP3 player. Pake apa ?? Ya pake suara kamu sendiri. trus Taruh MP3 Player kamu di saku depan ‘en jangan lupa pasang earphonenya di telinga kamu. Trik ini biasanya berhasil kalo pengawasnya Laki-laki. Gak mungkinkan Pak pengawas nyuruh murid itu ngelepas kerudungnya.
3. Siapin Kertas contekan di kertas HVS (tulisannya jangan terlalu kecil). Kalo cara bawa masuk keruangannya pikir sendiri ya… Nach waktu di dalem ruangan keluarin tuch contekan, taruh dibawah lembar soal. Cara nyonteknya : Abis Baca soal trus lanjutin baca contekan. Usahakan wajar waktu membaca contekannya jadi pengawas gak curiga kalo kamu lagi nyontek. Dia kira kamu lagi baca soal.
4. [Khusus Cewek] Ada cara bawa masuk kertas contekan yang jitu nich. Di bagian bawah Rok kamu kan ada lipatan jahitan. berkorban sedikitlah, jahitan lipatan itu di bongkar dikit (dedel :jawa. Nach selipin tuch kertas contekan di bagian lipatan bawah rok mu. tapi cara ngambilnya dan nyonteknya cari sendiri ya…
5. [Yang ini pake usaha dikit] Saat ujian nantikan semua peserta membawa alas papan (lupa nich namanya). Belah dulu papan itu jadi dua, lalu rekatkan lagi bagian pinggir-pinggirnya saja. nach bagian tengah yang gak di rekatkan itu bisa untuk nyelipin contekan masuk kedalem ruangan.
6. Siapkan 1 Kotak Pensil (bagus lagi kalo bekas tinta printer yang mereknya data print). Disarankan yang transparan non kecurigaan, buatlah CK tadi dengan diketik di ms.word, arial, font size 7, sesuaikan dengan ukuran kotak pensilmu, setelah selesai diketik, print aja kalo bener2 udah sesuai ama CK, gunting sesuai dengan ukuran kotak pensil, tempelkan dengan double tape di bagian dalam kotak pensil tadi agar memudahkan kita melihat C, sebelumnya dijepret dulu bagian bawah CK tadi, agar kelihatan rapi dan seperti buku mini yg mudah dibawa kemana–mana maka jadilah sebuah kerpe’an universal yang dapat dinikmati oleh semua golongan.
7. Jangan sampe ketauan! Kalo mau masa depan loe sukses, hati-hatilah dalam menyontek. Menurut riset para ahli *Bukan Saya lho!!!* kalo loe menemui kesulitan, misalnya dapet tempat duduk di depan, loe harus tetep tenang man… Kalo perlu, bawa kertas sendiri aja dari luar, jadi kalo loe rada parno buat nyontek, tinggal oper kertas aja ke partner loe. Kalo pengawasnya mulai ngeliatin loe, liatin balik aja :D Hewhewhew!!
8. Kalo niat loe ngerpe, bukan nyontek, mesti ati-ati pas bawa kerpe’an loe. Kalo kebetulan tempat duduk loe deket jendela en jendelanya kagak dikunci, masukin aja duluan kerpe’annya, biar kagak ketauan en ngurangin resiko bahaya bagi jiwa dan ragamu..Jangan sampe loe diserang panu kadas kurap kutu air karna ngerpe’..
9. Kalo loe punya jiwa setia kawan + berani bin nekat + sohib sejati di ruang berbeda dari loe, kalo mo ngasi contekan ke temen loe itu, taro di kamar mandi aja!! BUKAN sebagai bentuk kesetiakawanan Sosial Nasional…:mrgreen:

10. Bedoalahhh… karena kesuksesan gw selama ini, juga karena doa,, hahahahakkkk!!! Terbukti banget tuh, gw belom pernah ditegor sekalipun ama pengawas sekiller apapoen waktu strategi berjalan… Dari TK juga kita dah diajarin bwat bedoa kan, tiap mau ngapa-ngapain??

11. Catat hal-hal yang penting di selembar tisu. Lipat lagi menurut garis lipatannya. Bahan contekan udah siap digunakan. Nah! Cara ini adalah cara yang paling aman untuk mencontek. Soalnya, cara menconteknya gak mencolok, cuma dengan cara berpura-pura mengelap keringat kamu dengan tisu, kamu bisa melirik jawaban yang udah dicatet di tissue tersebut. Easy banget kan? (terinspirasi dari iklan detergen)

12. Salah satu kegiatan yang paling umum dan yang paling mudah dilakukan dalam mencontek adalah memasukkan buku di kolong meja, dan menariknya apabila telah ada kesempatan untuk mencontek. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah: sebelum ulangan dimulai, buka buku di bagian bab yang diujikan. Masukkan buku ke dalam kolong tanpa menutup halaman. Pada saat ulangan, lihat situasi dulu. Jika guru udah jauh dari meja kamu duduk, kamu boleh menarik buku kamu keluar, dan bebas mencontek. Jika guru mendekat, masukkan bukumu ke kolong meja dengan cepat. Tapi jangan tergesa-gesa. Bisa jadi buku kamu jatuh, dan guru akan semakin curiga dengan kamu. Jadi be careful!!!

13. Datang ke kelas lebih awal, tuliskan contekan dikursi kuliah. (kalau tertangkap, bilang saja tulisan itu sudah ada sejak dulu)

Kesimpulannya (Modus Operandinya):

1. sms ama Bluetooth+MP3 Player (Using Technology)
2. kertas di lempar
3. skandal selipan kertas di dalam sudut penghapus dan di dalam rautan putar
4. slipan kertas bahkan buku di dalem rok(buat cewek ama waria)
5. nulis di paha
6. nyimpen catetan di tempat pensil
7. sandi tangan, sandi angka, sandi anggota tubuh
8. nyimpen buku di kolong bangku
9. nyimpen catetan di saku, di dictionary(Kamus), di dompet

10. cara menyimpan koran atau majalah di meja pengawas

11. cara garuk-garuk

12. cara gelisah

13. cara ehem…ehem…

14. janjian di kamar mandi

15. tukeran soal

16. pura-pura papan tulis nggak di hapus padahal ada rumus-rumus

17. cara jeduk-jeduk bangku

18. cara calling pengawas dengan private number, biar si pengawas sibuk+geer

19. ngumpan satu orang buat ngalihin pertanyaan

Wach apa lagi ya caranya ???. Sekali lagi Saya gak bertanggung jawab atas segala tindakan yang dilakukan karena tulisan ini. Digunakan hanya sebagai perhatian bagi Dosen/Guru (Muridnya sekalian). Yah…mungkin hanya kiat-kiat itu yang bisa diberikan. Sebenernya banyak banget cara yang bisa digunakan untuk mencontek, asal kamu kreatif tapi tentunya juga selalu ada cara untuk mengatasinya (bukankah semua hal didunia ini diciptakan berpasangan? :D ). Ayo Bu Guru n Pak Guru, awasi dengan benar Anak didiknya and buat Siswa/Mahasiswa yang kebetulan baca, Selamat mencontek yah! Mudah-mudahan gak ketahuan guru! Hihihihi………. PEACE

Special thanks to All My Friend selama Saya Skul n Kuliah yang sudah menjadi “inspirasi”.

*gunakan artikel ini dengan bijaksana*

gram negatif bentuk batang

Ini merupakan contoh-contoh gram negatif yang berbentuk batang.. Yuk kita mengenalnya lebih jauh..

Ø Pseudomonas

Genus Pseudomonas terdiri dari sejumlah kuman batang gram negatif yang tidak meragi karbohidrat, hidup aerob di tanah dan air.

Dalam habitat alam tersebar luas dan memegang peranan penting dalam pembusukan zat organic. Bergerak dengan flagel polar, satu atau lebih. Beberapa diantaranya adalah fakultatif khemolitotrof, dapat memakai H2 atau CO sebagai sumber karbon. Katalasa positif.

Ada yang patogen bagi binatang atau tanaman dan ada yang patogen bagi kedua-duanya. Kebanyakan spesies Pseudomonas tidak menyebabkan infeksi pada manusia, tetapi kuman ini penting karena bersifat oportunis patogen, dapat menyebabkan infeksi pada individu dengan ketahanan tubuh yang menurun.

Infeksi biasanya gawat, sulit diobati dan biasanya merupakan infeksi nosokimal. Genus Pseudomonas mempunyai spesies paling sedikit 10-12 yang penting dalam klinik.

Contohnya: Pseudomonas aeruginosa, yang dapat dihubungkan dengan penyakit pada manusia. Organisme ini dapat merupakan penyebab 10-20% infeksi nosokimal. Sering diisolasi dari penderita dengan neoplastik, luka, dan luka bakar yang berat. Kuman ini juga dapat menyebabkan infeksi pada saluran pernafasan bagian bawah, saluran kemih, mata dan lain-lainnya. Dengan morfologi umumnya mempunyai flagel polar, tetapi kadang-kadang 2-3 flagel. Bila tumbuh pada perbenihan tanpa sukrosa terdapat lapisan lendir polisakarida ekstraseluler. Struktur dinding sel sama dengan famili Enterobacteriaceae. Strain yang diisolasi dari bahan klinik sering mempunyai pili untuk perlekatan pada permukaan sel dan memegang peranan penting dalam resistensi terhadap fagositosis. Pseudomonas aeruginosa merupakan organisme yang sangat mudah beradaptasi dan dapat memakai 80 gugus organik yang berbeda untuk pertumbuhannya dan amonia sebagai sumber nitrogen. Pseudomonas aeruginosa adalah satu-satunya spesies yang menghasilkan:

1. Piosianin, suatu pigmen yang larut dalam kloroform.

2. Fluoresen, suatu pigmen yang larut dalam air. Beberapa strain menghasilkan pigmen merah.

Contoh Pseudomonas lainnya adalah: Pseudomonas cepacia, kuman ini mempunyai hubungan dengan penyakit; endokarditis, septikemia, infeksi luka dan infeksi saluran kemih. Kebanyakan resistensi terhdap antibiotika.

Pseudomonas maltophilia, sering diisolasi dari orofaring dan sputum, juga dari lingkungan dan dapat menyebabkan infeksi nosokimal. Dapat menginfeksi luka, saluran kemih dan darah. Kebanyakan resistensi terhadap antibiotika.

Pseudomonas mallei, organisme ini penyebab kelenjar pada kuda dan keledai. Manusia mendapat infeksi karena kontak melalui goresan kulit atau inhalasi.

Pseudomonas pseudomallei, organisme ini merupakan penghuni biasa dari tanah, menyebabkan melioidosis yaitu suatu penyakit kelenjar pada manusia. Organisme ini masuk kedalam badan dengan jalan inhalasi atau melalui inhalasi

Ø Vibrio

Yang termasuk dalam kelompok ini Vibrio cholerae, secara umum bakteri batang bengkok seperti koma, berukuran 2-4 cm. Gerakannya sangat aktif dengan adanya flagel monotrikh, tidak mempunyai spora. Saat pembiakan lama, dapat menjadi berbentuk batang lurus, bersifat aerob atau anaerob fakultatif. Dikelompokkan dalam gram negatif.

Biasanya tidak tahan asam. Bila dalam perbenihan terdapat karbohidrat yang dapat diragi, kuman dapat mati. Tumbuh baik pada medium, yang mengandung gram mineral dan asparagin sebagai sumber karbon dan nitrogen. Contohnya: Agar Alkaline taurocholate tellurite dan Agar Thiosulfate Citrate Bilesalt Sucrose (TCBS).

Dalam kondisi normal hanya pathogen untuk manusia, tidak bersifat invasif, kuman tidak pernah masuk dalam sirkulasi darah, tetapi menetap/terlokalisasi dalam usus, menghasilkan toksin kholera (enterotoksin), musinase dan endotoksin. Toksin cholera diserap di permukaan gangliosida sel epitel dan merangsang hipersekresi air dan klorida dan menghambat absorpsi natrium. Akibat kehilangan banyak cairan dan elektrolit, terjadi dehidrasi, asidosis, syok dan mati. Secara histologis, usus tetap normal.

Contoh yang lain Vibrio parahaemolyticus dengan sifat-sifat, struktur dan pewarnaan serupa dengan spesies Vibrio lainnya. Dengan metabolisme: fermentasi, dan respirasi, tanpa menghasilkan gas.

Seperti spesies vibrio lainnya, membutuhkan perbenihan selektif. Halofilik (salt loving): membutuhkan minimal 2% NaCl. Biotip alginolyticus tahan sampai 11% NaCl; penting untuk membedakan biotip parahaemolyticus. Pada agar TCBS membentuk koloni besar.

Ø Yercinia dan Franscisella

Yercinia mencakup 3 species yang penting: Yersinia pestis, suatu organisme penyebab plague. Plague adalah sebuah infeksi yang berasal dari rodensia liar, yang ditularkan dari satu rodensia ke rodensia lainnya dan terkadang dari rodensia ke manusia melalui gigitan kutu. Infeksi yang serius sering terjadi, yang mana pernah menimbulkan pandemik black death yang mengakibatkan kematian berjuta-juta orang. Organisme ini tidak mortil dan tumbuh sebagai anaerob fakultatif di beberapa media bakteriologi. Pertumbuhannya lebih cepat pada media yang mengandung darah atau cairan jaringan dan paling cepat bila berada pada suhu 300C. Pada kultur agar darah dimana suhunya 370C, koloni-koloninya mungkin akan semakin kecil hanya dalam waktu 24 jam. Yersinia pseudotuberculosis, terdapat pada setidaknya 6 serotipe, tetapi serotipe O1 terhitung paling banyak menginfeksi pada manusia. Y pseudotuberculosis terjadi pada hewan dan burung serta pada pertanian, yang mengeluarkan organisme tersebut melalui fesesnya. Injeksi pada manusia mungkin akibat dari mengkonsumsi material yang terkontaminasi oleh feses hewan tersebut. Penularan dari orang ke orang mungkin terjadi. Contoh berikut yang lainnya dari Yersinia yaitu Yersinia enterocolitica, muncul dengan lebih dari 50 serotipe; sebagian besar diisolasi dari penyakit pada manusia, yaitu memiliki serotipe O3, O8, dan O9. Organisme ini dapat menghasilkan enterotoksin yang stabil terhadap panas, namun cara kerja racun ini pada infeksi diare tidak begitu jelas terdefinisi. Y enterocolitica telah diisolasi dari rodensia dan hewan-hewan domestik (seperti domba, sapi, babi, anjing dan kucing) serta dari air yang terkontaminasi oleh organisme tersebut. Penularannya ke manusia mungkin dapat terjadi melalui kontaminasi pada makanan, minuman atau fomites.

Ø Francisella

Yang termasuk dalam kelompok ini Francisella tularensis adalah bakteri kecil gram negatif berbentuk batang pleomorfik. Organisme ini jarang terlihat pada jaringan smear. Francisella tularensis ditemukan tersebar luas pada hewan reservoir dan ditularkan ke manusia melalui gigitan arthropods, kontak langsung dengan jaringan hewan yang terinfeksi, menghirup aerosol atau menelan makanan atau air yang terkontaminasi. Penyakit yang ditimbulkan, tularemia, jarang ditemukan di Amerika Serikat, dan persentasi klinik akan tergantung pada jalur infeksi tersebut. Organisme ini biasanya diidentifikasi melalui kondisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan dengan metode pewarnaan immunofluorescence atau aglutinasi dengan antisera spesifik .